Tuesday 14 December 2021

15 Desember 2021

Perjalanan paling jauh yang bisa ditempuh oleh manusia bukanlah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, melainkan perjalanan dari pikiran ke hatinya sendiri. 

Perjalanan dalam rangka meruntuhkan ego, merendahkan hati, menjadikan ikhlas, lebih bersabar dan lebih bertakwa.

Perjalanan yang membutuhkan banyak sekali iman. Semoga Allah masih menjadi yang pertama.

Entah keburukan apa saja yang kita lalui bersama hingga detik ini. Terlepas tidak adanya kebahagiaan ketika berada disampingku. Semoga kita bisa jadi lebih baik kedepannya.

Terlintas ingatan pepatah yang diucapkan Ali bin Abi Thalib:

Jadilah terbaik di mata Allah

Jadilah terburuk di mata sendiri

Dan jadilah sederhana di mata manusia

Share:

Monday 29 November 2021

30 November 2021

Bicara dengan diri sendiri membuatku berkembang sampai sejauh ini. Aku seirngkali berbicara pada diriku sendiri di depan cermin.

Sederhana. Namun membuatku merasa lebih tenang dan percaya diri. Aku sadar bahwa aku harus bisa membuat diriku sendiri bangkir. 

Diriku sendirilah yang dapat mengubah nasibku. Dan aku harus meyakinkan diriku sendiri.

Sehebat apapun orang lain. Yang dapat meyakinkanku adalah diriku sendiri. Dirikulah yang paling tahu kemampuanku.

Dirikulah yang tahu batasku. Dirikulah yang paling dekat denganku. Kuncinya adalah percaya dan yakin.

Ketika banyak masalah datang. Ketika diriku sedang frustasi. Aku memilih untuk sendiri dulu. Aku mengistirahatkan fisik dan mentalku. 

Aku ingin sendiri namun aku pun ingin disemangati. Akhirnya diriku pun berbicara kepada diriku sendiri. 

Sederhana. Dan kadang orang lain menganggap ini aneh. Tapi diriku tidak peduli.

Yang aku pedulikan adalah kesehatan mentalku. Karena aku sayang dengan diriku senditi dan itulah caraku untuk self healing.
Share:

Sunday 28 November 2021

29 November 2021

Genap sudah 1 bulan tanpa interaksi. Bukannya malu, tapi memang aku tak mau. Untuk apa melanjutkan hubungan yang diriku sendiri sudah tidak ada perasaan?. 

Dan aku sudah muak dengan keadaan ini yang memicu kekhawatiran dimana-mana. Maka kuputuskan hari ini untuk benar-benar mengakhiri. Seperti rencanaku sebelumnya, pesan ini kukirimkan lewat email.

Sudah lama kita tak berjumpa dan menjalin interaksi. Semoga kamu bahagia dan sehat selalu serta dimudahkan segala urusannya.

Terus terang berat rasanya menulis ini. Tapi jika tidak diselesaikan akan membuat anomali semakin lebar. Dan membuat hati semakin tak karuan. 

Beberapa waktu lalu aku telah mengungkapkannya, tetapi kamu menolaknya dan tetap teguh pendirian. Maka dengan adanya surat ini, dengan berat hati aku tegaskan, bahwa aku menyelesaikan hubungan ini. Mohon maaf juga aku tidak bisa bertemu langsung.

Kulipat kalimat sajak kepadamu agar ucapku tak jadi serapah. Kias-kias kukikis habis serpihan yang menumpul - agar tak melukaimu lagi. Lukamu perkara lukaku.

Lalu bagaimana Alliya?

Kita tak pernah terpatri atau katamu sempat dalam sempit masa yang salah termaknai. Kita yang pura-pura bernapas dari paru-paru penuh sesak asap dalam desak himpit yang salah asumsi.
Kau yang teramat, maafku bukanlah sesuatu yang menyembuhkan kepergian.  

Lalu bagaimana Alliya?

Kau dan aku, bisakah kita sembuhkan? Mungkin jawabnya ada didalam bisumu selama ini.
Dan aku rasa harus berhenti. 

Aku yakin sebab aku belajar banyak hal dari apa yang telah kulalui. Seperti matahari yang terbenam, klise menyebutnya senja. Orang menikmatinya dan mendadak puitis. Seperti itulah perasaanku kepadamu. Tenggelam. Perlahan memudar menjelma malam. Aku menikmatinya, berat memang. Dan menghilang.

Ya inilah hidup. Banyak hal-hal absurd tak terduga dan harapan-harapan yang pupus. Beruntung kita dilahirkan sebagai manusia. Yang masih memiliki akal sehat bagaimana menyikapi segala kemungkinan hidup yang akan kita hadapi. 

Tetes air hujan tidak pernah mengeluh untuk selalu jatuh. Memang air itu mati rasa dan lalu menghilang. Sama seperti sebuah hati, yang semakin lama semakin hilang rasanya kerena harus selalu bangkit dari lara. 

Bukan perkara bagaimana semua hal indah dapat kembali lagi. Tapi, semua itu tentang bagaimana kita tidak membentuk masalah itu lagi dan lagi.

Ku katakan pada diriku "aku baik-baik saja". Sesering itu kukatakan dalam hati, yang tidak punya telinga melainkan rasa sendiri. 

Coba lihat, dengar, rasakan. Ada apa denganku? atau kamu? Apa ini ulah semesta? atau sugesti dari sebuah logika?

Jika kusalahkan diriku sendiri, hatiku yang merasa kalau aku benar. Jika kusalahkan dirimu, mulutku bisu dan kaku tapi tak membiru.

Apa aku harus pandai menulis untuk menjelaskan sebuah alasan? Atau aku harus pandai bersandiwara untuk bisa berpura-pira?

Jadikan sebuah makna menjadi suatu pembela. Lupakan apa yang sudah tenggelam dan hilang. Namun masa demi masa untuk sekedar tahu bagaimana kita. 

Kelak, waktu yang akan menjawab, untuk apa kita, bagaimana kita, sampai mana kita.

Cukup Tuhan yang berikan jalan. Cukup hati yang merasakan. Cukup menunggu untuk sebuah ketetapan.

Aku juga ingin meluruskan. Apapun yang terjadi setelah ini. Jangan menyalahkan dan membenci orang lain. Cukup salahkan dan benci diriku. Karena apa yang telah kita lalui hingga hari ini adalah urusan kita berdua. Tidak ada campur tangan orang lain. Bukan Sisil, bukan Anabele, bukan Salwa, bukan Icha, bukan Ria, bukan pula komisariat. Cukup salahkan dan benci diriku!

Perihal jodoh, itu sudah ada yang mengatur. Setidaknya aku tetap bersyukur karena telah mengenalmu. Pernah menjadi bagian dari hidupmu. Pernah menjadi sesuatu yang kamu sebut bahagia. Aku bersyukur pernah memiliki kesempatan itu bersamamu.

Dan akhir kata. Selepas ini, semoga kita bisa menjalin pertemanan sebagaimana biasanya. Sekalipun kamu membenciku atau bahkan memblokirku. Aku tidak akan mempermasalahkan itu. Aku tetap menganggapmu sebagai Alliya Safitri yang pernah kukenal. 

Sekali lagi aku meminta maaf kepadamu karena belum bisa menjadi pribadi yang baik. Belum bisa menjadi sosok yang patut dicontoh dan dipertahankan. Hingga meninggalkan dosa yang teramat besar kepadamu. Sekali-lagi mohon maaf.

Tak lama kemudian dia menelponku dan mengajak bertemu langsung. Sempat ragu namun aku harus berani mengambil keputusan. Meski penuh haru, namun akhirnya selesai sudah. 




Share:

Saturday 27 November 2021

28 November 2021

 Ada beberapa hikmah yang bisa kudapat dari Rapat BPH hari ini.

Terima kasih untukmu yang sudah tumbuh tanpa banyak mengeluh. Kamu yang sadar bahwa mengeluh tidak akan mengubah banyak hal. Kamu fokus untuk bertumbuh. Mengubah apa yang bisa diubah. Memperbaiki apa yang bisa diperbaiki.

Kamu sadar bahwa berjuang itu satu paket dengan rasa lelah. Kamu berusaha yang terbaik setiap harinya. Itu melelahkan, pasti. Tapi kamu lebih memilih untuk lekas rehat dan pulih.

Terima kasih untukmu yang sudah berjuang keras setiap hari. Memilih untuk lelah. Memilih untuk keluar dari zona nyaman.

Tetap bayangkan versi terbaik dari dirimu. Aku yakin, dirimu akan mampu mewujudkannya.

Apa yang menjadi komitmenmu hari ini, semoga bisa ditepati kedepannya ya Ria. Kuncinya tenang dan kuasai keadaan.

Share:

Tuesday 23 November 2021

24 November 2021

Masih adakah sikapku yang berlebihan?

Menyentuh kulit pun sudah kuhindari. Walau aku masih bingung kenapa alasan bukan muhrim hanya berlaku kepadaku saja.

Berduaan? Hanya ketika internaliasasi saja. Tidak lebih.

Khawatir? Memang masalah klasik yang akan terus membentengi diri sendiri.

Sepele memang, tapi dampaknya begitu luar biasa.

Tapi kurasa sebisa mungkin menghindari drama yang tidak perlu. Menjaga hubungan baik kepada siapa saja. Menyederhanakan apa yang bisa disederhanakan. Memperbaiki apa yang bisa diperbaiki. Memilih untuk hidup tenang dan apa adanya. 

Tapi untuk kamu, kurasa berbeda. Kamu istimewa dan penuh harapan yak.

Share:

Friday 19 November 2021

20 November 2021

Malam ini cukup menarik karena aku merasa mendapatkan peran dalam Kajian Sex dan Gender. Usai kajian sebenarnya ingin ikut kunjungan bersama kader-kader lain ke DAD Supremasi di Batu, cuman ternyata Ria sudah bersama Ellen. 

Akhirnya ku urungkan niatku. Toh aku kemarin juga sudah kesana. Aneh juga melihat respon Ria hari ini. Aku juga tidak mungkin memaksakan. Melawan ego adalah jalan terakhir, sekaligus paling menyakitkan. 

Tak berselang lama kuputuskan untuk mengajak ngopi Salwa. Sudah sebulan aku berjanji mengajaknya ngopi. Maklum tak banyak kader komisariat yang tau kalo Salwa sudah di Malang. Dia juga berjanji akan kembali aktif di komisariat. Semoga saja janji itu ditepati.  


Share:

Friday 12 November 2021

13 November 2021

Langit mendung bulan November. Kaki melangkah. Menembus gerimis malam. Berbaris untuk mendapat angka. Ketukan palu di pangku pesakitan. Tak ada satupun keceriaan. Terlihat di bawah atap komisariat. 

Seperti takdir yang panjang dan pedih. Dalam hidup yang muram dan letih. Aku masih disini. Aku duduk menanti. Hanya menanti. Tak bergegas mencari. Hanya bersedih. Dalam sunyi. Duduk menanti dalam letih mimpi

Dan tak pernah ku bayangkan. Sebelumnya akan duduk melingkar di tempat ini. Cangkir jatuh pecahnya lukai haitku, kata Romi and The Jahats. Aku terjebak dalam cairan alkohol. Bersama mas Yogi aku berbagi cerita runyamnya kehidupan ini. 

Pada jagad aku mohon mudahkanlah urusanku. Pada langit aku minta ringankanlah beban pundakku. Pada angin aku mohon angkatlah semua rasa duka. Pada air aku harap padamkanlah semua masalah hati. Pada hati aku minta jangan berkobar dalam kekacauan. 


Jaga tetap lurus langkahku. Maha Esa aku minta. Jawablah doa dan harapanku. Kabulkanlah ikhtiar dan tawakkalku. 

Maafkanlah aku yang belum bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Sekali lagi mohon maaf. Andaikata semua berjalan seperti biasa, aku tak akan terjatuh dalam lubang penuh dosa ini. 

Sekali lagi mohon maaf, yak.

Aku merasa gagal menjadi seorang kabid.




Share:

Thursday 11 November 2021

11 November 2021

Beribu maaf untuk malam ini yang membuat kita jatuh ke dalam kubangan dosa. Semoga ini yang terakhir dalam perjalanan ini. Mari berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Sekali lagi maaf.

- -

Sengaja kutinggalkan tanggung jawabku sebagai organisatoris untuk sekedar menjalin silaturahmi dengan beberapa saudara yang kebetulan sedang di Batu. Jujur aku kesulitan mengatur waktu untuk keluarga, organisasi, kuliah dan teman. Runyam memang. Tapi ya beginilah keadannya. 

Share:

Monday 8 November 2021

8 November 2021

Kepribadianku membingungkan orang
Aku sangat menikmati kesendirian
Tapi aku juga ramah dan sosial
Kadang aku pendiam
Kadang aku berisik
Terkadang aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan
Terkadang aku blak-blak an
Aku membaca energi dan menyesuaikan.

Siang ini aku tenggelam di tengah lautan buku perpustakaan kampus. kuajak Ria namun dia berhalangan. Kunikmati kesendirian ini bersama bait-bait yang merusak mata. 

Maaf, aku akan terus berlari sejauh dan semampuku. akan kuajak semua untuk ikut berlari bersamaku. aku tak akan menghentikan langkah sekalipun yang lain mulai melambat. 

Aku adalah pemain utama, bukan yang lain.
Share: