Friday, 5 October 2018

Halusinasi

Pada mega-mega yang gemerlap dalam gelap. Mahligai berwarna-warni hadir saat mata terpejam. 
Merongrong sukma dan nestapa yang pengap lalu aku mulai hinggap pada setiap lekukmu--padamu.

Kata per kata aku semaikan di antara bibirmu. Diantara egomu, di antara segala yang mampu. Bisu mulai jadi percakapan kita. Sebab sudah tiada lagi jarak dan waktu. Hanya tersisa ingin dan percaya bahwa waktu sedang membeku tersipu. 

Matahari sudah naik. Pun rembulan sudah tanggal. Kita sudah tercabik oleh pelik disertai derap nafas tersengal. Kita bukan lupa atau terlena. Hanya menikmati kesederhanaan suasana.

Kita tidak berhalusinasi. Masih senja atau sedang berada di tengah lautan terbuka. Hanya sadar betul sedang berada di nirwana. 

Bebas tetapi tidak lepas. Menyatu bukan beradu. Dari awal mengawali. Hingga akhir mengakhiri. 

- 2018

Share:

Monday, 1 October 2018

Salut

Ramai. Penuh. Sesak. Sulit. Aku mundur saja. Terlalu ramai. Aku tak suka berdesak-desakan. 

Namun kau terlihat nyaman dengan keramaian itu. Seandainya kau inginkan aku. Seharusnya sudah kau tarik diri dari keramaian itu. Seandainya kau pahami aku. Tak mungkin kau biarkan aku berjalan keluar sendiri tanpa dirimu menemani.

Seandainya rasamu selama ini nyata terhadapku. Kau pasti sudah menarik aku bersama dirimu kedalam sepi yang hanya ada kita. Sekali lagi, itu hanya seandainya. 

Karena kiti, lihatlah. Kau masih tetap dalam keramaian yang mungkin membuatmu bahagia. Tanpa menghargai aku yang pernah kau beri rasa.

Kau hebat. Kau bisa melakukan itu atas dasar ego mu tanpa sedikitpun memikirkan apa kabar hatiku yang telah kau isi salah satu ruangnya.

Aku. Salut. Padamu

- 1 Oktober 2018

Share: