Monday 26 March 2018

Pesan Mama

"Ma, kenapa Tuhan menciptakan rasa ini begitu rumit ya? Setidaknya biarkan kami merasakannya bersama-sama. Aku benci Ma, harus berjuang sendiri"

"Nak, pandanganmu salah, Tuhan tidak pernah menciptakan suatu hal dengan rumit. Manusianya saja yang selalu membuatnya jadi rumit. Hidup ini ngga melulu soal mencintai dan dicintai. Ada kalanya kita harus siap menerima segala bentuk perpisahan. Dengan begitu kita bisa lebih mengerti apa makna dari mengikhlaskan yang sebetul-betulnya. Percayalah nak, semesta punya caranya sendiri untuk membuat setiap insan bahagia. Makanya kamu harus pandai bersyukur"

Seketika suasana hati jadi kelabu. Beriringan dengan rasa yang semakin hari semakin tabu. Petuah dari Mama malam ini sarat dengan makna. Mama mengajarkan banyak hal, bahwa hidup memang tidak melulu tentang mencintai dan dicintai. Itu memang benar.

Maka dari itu, mau tidak mau, kita harus mensyukuri segala bentuk perpisahan dengan cara yang paling indah. Yaitu mengikhlaskan. Sulit memang rasanya. Tapi semua ini tidak lebih baik dari memperjuangkan yang tidak ingin diperjuangkan.

Satu hal lagi, bersyukurlah terhadap hal yang sudah digariskan. Karena kelak, semesta akan berpihak kepada kita dengan segala bentuk kebaikannya.

"Tetap semangat akan mimpi-mimpi indahmu, kamu tidak sendiri, Nak." Kata Mama.

- Asrama, fase UAMBN


Share:

Friday 23 March 2018

Prioritas

Akan datang waktunya disaat orang-orang yang dahulu selalu punya waktu untuk sekedar menghabiskan waktu bersama atau sekedar bercengkrama dalam chat berubah, bahkan termasuk orang uang kita sayang.

Dahulu mungkin kemana saja pun ayo. Berbicara berjam-jam pun juga ayo. Bahkan selalu tau kabar masing-masing sedetail mungkin tanpa ada yang terlewat.

Namun seiring berjalannya waktu, ada yang menjadi sibuk dengan organisasinya. Ada yang menyibukkan diri dengan sekolahnya, dan ada pula yang sibuk dengan orang lain yang lebih disayang. Masing-masing orang menjadi punya prioritas tersendiri.

Tidak bisa disalahkan juga. Tidak selalu orang yang dulu berada di list teratas prioritas mereka akan tetap jadi yang teratas.

Dan karena itu, kamu menjadi belajar. Bahwa teman makan yang dapat diajak kemanapun, sahabat susah senang yang selalu update cerita terbaru, bahkan orang tersayang yang seharusnya selalu ada untuk kitapun dapat berubah. Perlahan-lahan mereka punya prioritas lain yang akan menggeserkan kamu yang dulu pernah masuk prioritas teratas mereka.
Kamu hanya perlu belajar satu hal.

Jika kamu tak lagi menjadi prioritas teratas untuk orang yang kamu jadikan prioritas nomor satu dalam hidupmu, kamu harus belajar merelakan mereka dan menata ulang prioritasmu.
Kamu hanya perlu menjadi sedikit terbiasa.

- Warung Pak Man, bersama Bintoro dan Bocil






Share:

Ruang Tanpa Spasi

Kita mungkin tak ada diantara kata-kata. Yang sudah bising bunyinya. Yang semakin asing di telinga. Atau malah terlalu sering. Sehingga layak masuk daftar lupa.

Kita adalah ruang tanpa spasi. Kata yang sering kugunakan untuk menceritakan kebahagiaan kecil yang istimewa. Memberi label mewah. Sebuah kebersamaan yang terancam punah.

Kita yang kehilangan kamu. Setara arkais dan hal tak lazim lain yang butuh perhatian. Kita yang menyisakan aku layaknya lisan yang kehilangan dongengnya.

Kita dalam kenangku telah menjadi liyan diluar keningmu. Apakah didalam ingatanmu pernah terekam suaraku?

- Mie Ayam Nyinyir, bersama Bintoro, Bocil dan 2 kawan


Share:

Friday 16 March 2018

Pencarian

Aku sudah muak dan memutuskan baik-baik saja. Tanpa pepatah-pepitih mereka. Kini sepi sering menjelma puisi jika diluar hujan turun.

Mengguyur banyak hal yang pernah kau tanam disana. Dan juga, tentu saja dikepalaku.
Segalanya bermekaran saat itu, dan aku sangat menyukai belaian angin yang secara perlahan menghembuskan aroma masa depan.

Pencarian bukanlah tentang menunggu atau ditunggu. Menemukan atau ditemukan.
Pencarian ialah perjalanan. Dan perjalanan adalah kepastian. Maka pencarianku adalah suatu kepastian.

Menjadi dewasa itu berarti lebih banyak mikir kemungkinan akan akibat dari banyak sebab. Menjadi dewasa juga lebih mengedepankan pemikiran sebenarnya apa sih tujuannya.
Menjadi dewasa pula harus tahu cara, gejala, dan respon dengan segala kedramaan hidup.

 Tahu pula jalan bagaimana dan apa yang bisa dikendalikan.
Diam-diam aku merasa tenang meyakini kata-kataku sendiri.

- Mie Nyinyir, bersama Bintoro, Azzam dan Fajar


Share:

Api Kecil

Nyatanya, api kecil itu tetap hidup. Tak mau mati dengan sekali tiup. Pelan tapi pasti. Membakar diri dan aku hendak mati.

Tidak tidak. Itu bukan api yang akan menghanguskanmu. Itu justru api yang membakar diriku. Karena masih mengingatmu.

Betapa kejamnya. Bahkan mengingat saja sudah membuatku sekarat. Apalagi jika rindu bercampur amarah itu belum benar-benar berkarat.

Aku mari hidup-hidup ditelan cinta yang entah kini mewujud apa. Aku nelangsaa digerogoti rindu yang tak kunjung bertemu hulu.

Intinya, aku koma.
Setetes rindu, aku koma.

Segenggam cinta, aku koma. Bahkan turut pula seikat dendam karena kau abaikan. Takdir macam apa yang tidak pernah mempertemukan kesempatan dengan harapan.
Hanya botol yang semakin menganga. Dan aku semakin koma. Tunjukkan!

Mana cinta mana ambisi.
Mana dendam mana harga diri.

Ah sudaah, ini sudah selesai.

- Asrama 10


Share:

Selaksa Biru

Hampir lelap. Meski hasratmu tak pernah lenyap. Tunggulah. Kamu akan tau bagaimana dia diam-diam akan menyelinap dibawah sadarmu.

Untukku, tak satupun gairah bisa kau paksakan. Melampaui musim sekalipun. Ia hanya butuh sentuhan lembut yang menghujam kalbu.

Kali ini, kehangatanmu menyelinap. Kemudian menghentak kesadaran sesekali.
Tentang hasrat yang menari. Kini, terekam indah dalam jemari.

Sayangku, kesadaranmu memelukku. Dalam temaram sudut sunyi malam. Menetes indah bak air mata sang tasneem. Mengalir merdu menghentikan waktu.

Untuk kita, waktu berhenti sejenak. Membiarkan malam. Sedikit lebih panjang. Disudut ini, nyanyian kalbuku berdendang dalam sepi.

Kau hempas sekali lagi. Salam hangat kabut menjelang pagi. Kehangatanmu kini. Menyublim dalam embun pagi. Terangkai indah dalam rindu selaksa biru.

- Mami Fauzan, 12 Maret, bersama Bintoro dan Bocil


Share:

Tuk Damai

Kemarin hingga hari ini boleh jadi kita masih bersama, merapal doa-doa agar tetap sejalan hingga menua. Namun untuk hari esok, siapa yang bisa menebak?

Akankah kita tetap setia berbagi suka maupun duka?
Bagaimana jikalau kelak kita terpisahkan oleh sebuah jarak?
Lantas pertanyaanku, dapatkah kita mengalahkan mereka?

Sebab jarak terjauh bukan berkilo-kilo meter yang harus kita tempuh, melainkan dirimu yang tak lagi disisiku.

Dan mari, ajari aku cara berdamai dengan jarak. :)

- Prek Su, 15 Maret, bersama Bintoro, Bocil dan handai tolan


Share:

Monday 5 March 2018

Post-Friend

Diterik siang dalam lamunan, aku mulai tersadar. Melihat sekitar, bertatap muka dengan kenyataan.

Di tengah deru keramaian, aku mulai tersadar dari lamunan. Dalam bising dan gaduhnya siang, kesepian masih melanda dada dan pikiran. Selintas angan atau angin terlewat, mampir sejenak dalam benak. Untuk berfikir tentang sebuah kata atau kalimat.

Ini bukan tentang siapa-siapa. Melainkan tentang kita yang baru memulai cerita dengan awal manis tak terkira. Ceritaku tak seapik film romansa pada umumnya. Namun ceritaku juga tak gambar seperti yang kau kira.

Dia memberiku sebuah rasa. Dimana hanya ada hangat dan rindu didalamnya. Bagi kami rasa bosan tentu ada. Namun arti kata bosan kami tentu berbeda dari biasanya.

Kami bosan menahan rindu, kami bosan menikmati senja di langit yang sama. Kami bosan menghabiskan secangkir kopi atau teh dalam tempat dan waktu yang berbeda pula. Sungguh kami bosan.

Ia berkata padaku bahwa ia tak bisa menahan rindu. Sampai-sampai ia memalingkan wajahnya dan mencari celah kesibukan agar tak memikirkanku. Aku pun begitu. Aku sangat membenci kata rindu.

Namun apa mau dikata? Kami tak mampu menolaknya. Rindu akan terus datang dengan sendirinya.

Tak ada satu cerita yang semulus jalan tol ibukota. Pasti selalu saja ada kerikil didalamnya. Hanya saha akibatnya yang berbeda. Perkara itu tergantung kepada sang pengendara. Apakah mereka menganggap batu kerikil sebagai batu kecil atau bahkan awal dari datangnya hujan batu?

Tak menampik selalu ada masalah menerpa. Kadanh kami.mampu mengatasinya, kadang kami juga terlalu terlena.

Suatu waktu aku mengalah, suatu waktu ia mengalah. Jika masalah itu datang, kami diam sejenak. Merenung tanpa kata lalu berlanjut tanpa saling bicara. Begitulah seterusnya seolah tak terjadi apa-apa.

Sampai rindu menggelitik kami, dan kemudian membungkan rasa kesal yang berubah jadi sesal.

Sudah kukata bukan hanya sekedar rindu. Cerita kami dibumbui pula rasa sesal dan kesal. Sepercik api amarah kera melanda hati dan pikiran kami. Namun untungnya tidak sampai membakar hubungan kami.

Meski mendung datang menjemput. Bahkan hujan turun dengan kabut. Dilanjutkan dengan malam kalut. Tak kuizinkan hatiku surut
.
Akan kutunggu datang langit biru. Dibawah pohon atau tempat lain yang tak kalah syahdu. Dikawal dengan hangat senyummu. Sampai reda rasa rindu

Maka dari itu tak akan kubiarkan cerita kami usai. Karena tak mudah bagi kami untuk memulai. 


- Angkringan Pak Sur, 5 Maret 2018, bersama Bintoro
Share:

Thursday 1 March 2018

Hai Bulan

Hai bulan, hari ini dentuman musik yang tetdengar begitu menggema. Alunan iramanya senada. Terhanyutku dibuatnya. Dentuman jantungku serempak di setiap detaknya. Begitu berirama.

Hai bulan, sekali lagi kutatap kau, begitulah adanya malam ini. Kebersamaan tidak menghendaki kita kemarin.

Bulan, melihatmu mengintip dibalik bayang awan membuatku tersenyum. Tapi kali ini bisakah aku bersedih sebentar saja. Biarkanku menikmati keramaian bersama dengan merasakan kesendirian.

Bulan, sepikah kau malam ini. Karena ku bisa melihat bintang menghilang bersama sinarnya. Bersembunyi dibalik punggung awan. Tidakkah kau merasa sendiri malam ini bulan?

Baiklah bila iya. Biarkanku menemanimu malam ini. Beserta malam-malam selanjutnya sampai bintang yang bersama sinarnya kembali menemanimu.

Ah benar, berhentilah mengintip. Munculkan bentuk sempurnamu sehingga berkas cahaya yang kau pantulkan menjadi lebih sempurna. Tidak terlalu terang menderang, tidak sangat gelap. Cahayamu mampu menyinari tanpa berlebihan.

Meskipun bersembunyi, kuyakini kau tetap ada. Kutebak saja kau hanya malu menampakkan diri secara langsung. Terima kasih sekali lagi, malamku menjadi pengingat hadirmu.

Baiklah, tunggu aku yang akan menemanimu lagi di malam selanjutnya. Biarkanku terlelap sejenak. Jangan bersedih, muram dunia sudah cukup hanya dengan menikmati apa yang ada. Bukan

- Sate Klathak, 1 Maret 2018, bersama Bintoro dan Bocil
Share: