Monday 25 June 2018

Jantung Kalimat

Ingin rasanya menulis tapi tidak menjadikanmu sebagai tema. Lagi dan lagi. Seakan menolak diajak bekerja sama. Otak dan jemariku malah kembali menjadikanmu sebagai jantung dari tiap-tiap kalimat. 

'pulanglah sayang, hari hampir petang, aku tunggu kau di penghujung bintang' -- kataku berbisik, tak sadar ada sungai yang mengalir deras dipipi. Hari ini biarkan kesedihan menari dalam hati. 

Menjadikan aku dan kenanganmu sebagai duka yang penuh rasa. Pada poros waktu yang selalu merangkak maju, ingin sekali aku melompat mundur. Pada titik kenangan manis ketika kita bersama, hanya berdua. Namun sayang, tiada guna.

Karena waktu tidak akan memperlambat geraknya barang semenit saja. Dan aku mau tidak mau harus ikut terseret maju tanpa kamu. Untuk saat ini: biarlah aku yang paling egois. Cemburu dari seberang. Kepada siapapun yang mampu melukis senyum dibibir kecilmu.

Biarlah aku yang jadi pengecut. Merindu tapi tak berani bertemu, karena takut diserang pilu. Hingga pada akhirnya nanti. Disuatu hari. Akan ada yang datang menawarkan kebahagian tanpa berfikir meninggalkan.

-  25 Juni, di Pulau Gili Ketapang


Share:

Friday 22 June 2018

Semua Tulisanku

Untukmu, sebuah subyek dan inspirasi. Untukmu yang mungkin menemukan tulisan ini dan membaca semua tulisanku. Tolong beritahu jika kamu sudah membaca semua tulisan sampahku.

Tapi tolong jangan bertanya bagian mana yang merupakan realita dan bagian mana yang hanya angan-angan. Karena aku pun tidak bisa membedakan mana kenyataan mana impian.

Aku ingin menawarkan sesuatu bila kamu berkenan. Aku akan memberitahumu ketika aku sudah bisa membedakan. Asal dengan satu syarat.

Tolong beritahu aku jika kamu sudah membaca semua tulisan sampahku. Adil kan?

- 22 Juni 2018, Pemandian Air Panas Songgoriti






Share:

Tuesday 19 June 2018

Aku dan Ombak


Hati yang semakin menjadi dan kata hanya sebuah pemanis dalam jutaan proses yang kita lalui untuk mencoba bersinergi. Ialah tentang aku dan ombak. Yang pernah sedekat jemari. 

Bising-bising desir ombak amatlah indah tak kala sepi menghampiri namun, ketika hendak ku raih ia tenggelam bersama langkahku di tepi pantai. Menciptakan ilusi yang sulit kupahami. 

Ketika ombak kembali menuju jemari, aku berlari menjauh. Ia menakutkan. Dari jauh kupandangi dalam diam. Ia hanya sebatas imaji yang tak pernah kumengerti. Dan sadar. Sulit untuk menjadi presisi.

Kini rasa menjadi ketidakjelasan karena kebisuan masih menjadi pilihan. Yang kian menepi. 

- SD Muhammadiyah Kenjeran dalam Syawalan IPMMMATIM, 19 Juni 2018
Share:

Saturday 16 June 2018

Mudik


Menempuh jarak. Membelah pagi. Meruak pikuk. Melanjutkan kantuk yang tersela. Tidur di pangkuan mobil. Menahan rasa ingin segera tiba bersua simbah.

Sunyi alam, kicau burung, harum daun meramu damai. Ataukah damai itu karena rumah simbah. Pendar mentari. Dari alam ke meja makan. Kokok ayam kesayangan.

Rumah simbah, sederhana. Ke rumah ini, aku selalu pulang.


- Jombang, 16 Juni 2018


Share:

Friday 15 June 2018

Happy Ied Mubarok

Pagi kali ini terasa beda. Cercah sinar matahari terasa menghangat seiring pergerakan jarum jam. Hari yang ditunggu-tunggu sebagian besar umat di dunia telah datang. 

Orang-orang menyebutnya 'Hari Satu Syawwal'.

Merasakan kemenangan yang telah sebulan ditunggu. Sadarkah mereka bahwa hari ini juga, bulan yang telah dinanti setahun lamanya berpamitan.

Pergi meninggalkan dengan gemuruh gema takbir yang entah, penantian kita setahun depan mmasih bisa berjumpa dengannya atau tidak.

Semoga saja.

- Stadion Brantas, 15 Juni 2018


Share:

Wednesday 13 June 2018

Jangan Gegabah


Sangat jarang aku menolak amanah. Sebab tak sanggup kembali berdarah. Hanya untuk berbenah. Karena semua sudah salah kaprah.

Saat itu purnama mencekah. Melihat dua insan saling berbagi masalah. Menghabiskan malam dengan lincah. Apakah perasaan ini sebuah musibah? Atau justru anugerah?

Aku hanya mematung pasrah. Ketika kau melanjutkan langkah. Tanpa menyempatkan beramah tamah.

Sungguh tak sanggup berpisah. Menghabiskan waktu di antah berantah. Tanpanya aku menjadi salah tingkah. Sialnya aku terlalu gegabah. Dengan bodohnya memberikan arah. Hingga tertangkap basah.

Memang sejak awal sudah salah. Bahwasanya kita berbeda cara beribadah. Aku yang membaca Al-Fatihah. Dan kamu yang merayakan Paskah. Aku tidak sabar masuk kuliah. Tanpanya, aku terlalu lemah.

Perhatikan langkah. Jangan gegabah. Tahan amarah. Kurangi marah-marah. Sebab dirimu hanya bisa mencegah.


- 13 Juni 2018


Share:

Tuesday 12 June 2018

Terbentur


Ada cerita di balik 6 bulan yang lalu. Yang sempat membuat jatuh dan mematahkan. Apa makna dari sebuah “katanya”?. Ketika fakta yang diberi justru berkebalikan. Terlalu awal untuk suatu resiko. Berharap.

Kecewa adalah ketika kamu berharap kepada manusia.

(Berbeda) – Tidak seperti yang lain, mengartikan lain kelebihan mereka untuk berbuat sesuka hati. Menjadikan rasa sakit sesuatu yang biasa. Sesuatu yang wajar.
Katanya agar terbiasa.
Faktanya, trauma.

Awal 2018 menjadi pangkal dari perjalanan ini. Yang diam kini bersuara. Yang sembunyi kini perlahan ada. Yang hilang kini ditemukan. Yang pergi kini datang. Yang semu kini jelas adanya.
Bayang-bayang itu mulai Nampak nyata. Sebuah keputusan besar, hingga pada akhirnya, kamu, dan saat ini, hingga nanti. Berdoalah.

Si pembaca.
Si figuran.

Bukan bunga tidur, ini nyata. Benar ada. Sekarang, saat ini, bukan sebagai figuran dalam suatu film (lagi). Tetapi sebagai seorang laki-laki. Laki-laki dengan kesederhanaannya. Apa adanya.
Kelebihan tidak dijadikan boomerang bagi dirinya sendiri. Sudah kubilang, dia laki-laki. Bukan sekadar membaca kisah-kisah di dunia maya. Bukan untuk sekedar menjadi tokoh figuran(lagi).

Tidak lagi diam-diam. Tidak lagi sembunyi. Film yang ia perankan sudah selesai. Jalan?. Berproses. Tidak instan. Bermetamorfosis menjadikannya kuat. Terbentuk. Menjadi dewasa.

Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk.

Jangan mengkhianati masa lalu. Kata ‘dulu’, ‘kemarin’ bukan kata yang harus disalahkan. Kita yang harus membenahi diri. Kita mungkin yang patut disalahkan. Karena hidup, bukan hanya tentang salah dan benar. Bukan hanya tentang hitam dan putih. Nikmati. Perbaiki.


- Villa Bukit Tidar, 12 Juni 2018




Share:

Sunday 10 June 2018

Mengerti Mati


Aku ingin menulis tapi sepertinya terlalu manis. 
Rasanya ingin berlalu namun masih terlalu malu.
Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan kalbu seperti juga aku yang juga tidak mengerti tentang rindu.

Apakah hanya semu?

Aku yang tak bisa bedakan mana rasa mana teman biasa. Tak bisa bedakan jika ia mau atau ia hanya sejenak butuh bahu. Kemudian berlalu.

Aku yang perlahan membunuh, namun juga terbunuh tanpa tahu bagaimana cara berhentinya. Aku tak bisa berhenti, namun maukah kamu mengerti jikalau akhirnya aku mati? 

- Jember, 9 Juni 2018
Share:

Tuesday 5 June 2018

Ketik A


Kunang-kunang yang menghiasi mala mini. Rembulan yang meninggi. Jadi sebuah saksi. Ketika mata kita saling memeluk. Dan dunia tak lagi bergeming. Ketika melihat kita saling mengecup.

Ketika muncul sang fajar. Himawari mengikutinya. Mengadah kearah cahaya.
Ketika anak domba pergi. Saudaranya mengikuti. Bersama-sama arungi hari.
Ketika daun melambai. Sang nada mengiringi. Menjadi melodi alam yang abadi.
Ketika langit sedang kelabu. Sang pelangi siap mengusir. Mengindahkan bayangan semu.

Semua itu indah bukan? Hmm tidak. Bagiku. Hal terindah ada padamu. Ketika kita bersama-sama selalu.

- 5 Juni 2018


Share:

Saturday 2 June 2018

Salam Manis



Hai, teruntuk siapapun, yang mungkin sedang membaca tulisan saya. Apa kabar?

Saya rindu.

Teruntuk siapapun, yang mungkin merasa penat dengan segala aktivitasmu akhir-akhir ini. Semoga kamu sehat-sehat saja.

Saya sadar saya bukan prioritas kamu. Entahlah, hanya saja sebagian kecil dari diri saya merasa kamu hanya mencari-cari alasan agar kita tidak bertemu. Ya, berspekulasi memang kebiasaan buruk yang harus saya hilangkan.

Maaf.

Saya bodoh, ya?

Menomorsatukan orang yang menomorsekiankan saya dalm hidupnya. Ironis memang, tapi bukankah hidup memang terkadang ironis?

Selamat! Kamu berhasil membuat saya jungkir balik tak karuan seperi ini. Biarlah, saya sudah biasa. Walau tetap saja menyakitkan.

Jadi, saya hanya bisa menuangkan perasaan saya ke dalam kata-kata seperti ini. Yang diam-diam saya harap kamu membacanya dan mengerti. Saya juga heran kenapa ini terjadi secara tiba-tiba, saya rindu sama kamu.

Makanya saja ajak kamu untuk bertemu. Tapi selalu saja ada sesuatu yang menjauhkan kita. Sepertinya semesta tidak rela orang seperti kamu berdekatan dengan orang seperti saya. Salam manis


- 2 Juni 2018

Share:

Friday 1 June 2018

Bersatu

Kita pernah abu-abu sebelum kembali menyatu. Kita pernah dipisahkan oleh keadaan yang membuat kita tak lagi satu tujuan.

Aku berjalan lurus kedepan, kamu mundur tak karuan. Aku berdiri merasakan hujan kau duduk memandang awan. Aku menikam pilu kau merangkul sendu. 

Namun rindu merayu diriku untuk mencarimu. Semesta menyuruhku untuk menemui diriku. Arah mengatur kita agar saling berjumpa. Waktu membuat kita saling berbicara. 

Alih-alih bertukar pikiran. Kita justru kembali bertukar perasaan. Ego seakan hancur ketika cinta berhasil menghantam logika.

Kau membuatku menentap aku memintamu menetap. Kau kembali hati yang sepi sudah kembali terisi. Lihatlah sayang, bagaimana dunia mempersatukan kita lagi.

- 1 Juni 2018


Share: