Saturday 28 April 2018

Figuran yang Berlalu

Karena aku bukan dari bagian impianmu. Mungkin aku juga bukan bagian dari perjalananmu. Lalu aku juga semata figuran yang berlalu.

Tanpa aku, kamu akan tetap kamu. Sadar saja, bukanlah siapa-siapa. Berharga tidak, apalagi berharta.

Semesta juga berteriak akan saya. Lalu memang bukan sandingnya. Terpelanting di sudut muka bumi. Tanpa arah bertahan untuk mimpi.

Sadari janji jauj tertinggal dalam sunyi. Lagu, irama, retorika bahkan puisi.

Untuk perempuan yang sedang berlari. Dari mimpi didalam mimpi seorang pemimpi.

Untuk harapan asa di lubang asmara. Dia, yang aku puja sebagai prasasti dunia.

- 28 April 2018, Sasono Hinggil

Share:

Wednesday 18 April 2018

Sang Surya

Matahari selalu memberikan kehangatan untuk bumi. Memeluknya untuk memberi tahu seberapa sayangnya ia kepada bumi. Namun matahari juga bisa merasakan kedinginan, tanpa kamu ketahui dan sadar.

Bumi tidak pernah memberi hal sebaliknya kepada matahari. Bumi hanya menuntut, menuntut dan menuntut.

Saat matahari memberikan panas yang berlebih, bumi menuntut jangan terlalu hangat. Ia kepanasan.

Saat matahari mengalah dan memberikan dingin untuk bumi. Bumi tetap mengeluh, karena tidak mau mengalah. Lalu. Matahari pun bingung, harus apa dia? Selalu salah dihadapan bumi.

Matahari hanya bisa tersenyum dan menangis beriringan karena bumi tidak pernah mau menerima matahari dengan apa adanya.

Matahari pun tetap memancarkan sinarnya. Dengan penuh rasa salah. Dan matahari berdoa semoga bumi dapat bersyukur terhadap apa yang telah diberikan Tuhan lalu mulai menerima dengan setulus hati.

Bahwa matahari sebenarnya sangat mencintai bumi.

- Warung Mama Khozin, bersama Bintoro

Share:

Monday 16 April 2018

Dua Belas ke Delapan Belas

Indeks prestasi menunjukkan  mampunya diri masuk sekolah kader.
Ah, ku rindu hangat dan nyamannya kota itu. Takdir berkata lain.
Ramai, bukan di Tengah kali ini. Berlabuh ku diseberang Timur. Dimulai dari tahun dua belas.

Pondok modern. Berada di tengah kota bukan berarti berbeda.
Banyak kenangan disana. Aku jadi Ipmawan! Aku lah Puma! Aku lah banteng hitam!
Lima belas, memiliki makna negatif menurut mitologi yang sering kudengar.
Berawal dari perkenalan. Kini hanya menjadi cerminan kebodohan yang terus kutertawakan.

Kali ini tidak hanya satu. Najib, David, Soffan, Zakka, Rafli, Racha dan Bintoro. Semoga kalian selalu dalam lindungan-Nya.

Berakhir di delapan belas. Timur menjadi batu loncatan untuk kedepan. Selamat tinggal kota istimewa. 

- Wisma Dharmais, Darul Arqom Purna

Share:

Denyut Nadi

Apa rasa lelahmu merudung pilu dan ragu menjadi satu? Menyatu bersama aliran-aliran darah yang menderas di waktu pagi? Mengutuki hidup di saat mata membuka?

Kau mencintai mati seperti anak-anak kecil yang bercita-cita sejak dini. Tiap hari meniti jalan dan mimpi untuk menemui ajal supaya lekas usai.

Tanpa kau ketahui bahwa kehidupan takkan membiarkanmu pergi begitu saja. Kukunya masih menancap dijantungmu, bibirnya menari-nari dibelakang lehermu, sedangkan suaranya terus saja berbisik lirih. Menolak kau abaikan.

Untuk kau yang membenci denyut nadi dan memuja buta setiap akhir. Izinkan aku memberitahumu:

Hidup dan mati adalah sepasang kekasih. Dan kau yang dipilih semesta untuk menyatukan mereka

- Warung Cak Andri, 16 April 2018, bersama Bintoro

Share:

Sunday 8 April 2018

Jasad

Seketika tubuhku menggigil mengingat akan kematian. Sesak nafas di dada seolah membuatku semakin ketakutan.

Membayangkan detak jantung berhenti. Lalu mati menghadap sang Ilahi. Terbujur kaku tak lagi bernadi. Hanya selembar kain putih yang melapisi diri ini.

Gelap dan sepi, jasad kini menyatu dengan tanah. Berhenti semua nikmat. Meninggalkan segalanya yang indah.

Tak ada hari esok untukku. Kala malaikat pencabut nyawa datang untuk membawaku pulang. Kini ku ucapkan selamat tinggal untuk jiwa-jiwa yang berumur panjang.

Aku bagaikan musafir yang singgah sementara untuk mengumpulkan bekal pulang ke rumah-Nya. Dengan membawa banyak pahala dan sedikit dosa.

Selamat tinggal dunia fana. Selamat datang surga dan neraka. Entah dimana jiwa ini akan berada dengan bekal yang kubawa seadanya.

Share:

Berpencar

Kita dan kamu kali ini sedang berpencar. Bukan untuk saling berpisah. Melainkan untuk saling menemukan

Kita dan kamu kali ini sedang berpencar. Bukan untuk saling menjauh. Melainkan untuk saling mendekatkan.

Kita dan kamu kali ini sedang berpencar. Bukan karena tidak saling mengerti. Melainkan untuk saling memahami.

Mungkin, mereka tidak mengerti. Kita dan kamu berpencar bukan hanya untuk mencari jati diri. Tetapi, juga sama-sama memperbaiki diri.

- Angkringan Cak Wisnu, bersama Bintoro dan Bocil

Share:

Thursday 5 April 2018

Sederhana Saja

Pukul 01.00 am. Teruntuk hujan malam ini. Terima kasij telah bersuara. Rintik dalam sunyi. Mengapa harus ada dua kata dan dua makna yang berbeda dalam sebuah alur cerita?

Awal dan akhir.
Datang dan pergi.
Percaya dan curiga.
Cinta dan luka.

Kedua kata yang berkolaborasi secara hebat. Tanpa sebuah transisi baik-baik pada kata "dan" ditengahnya. Terlalu kebetulan dan tiba-tiba.

Hai hujan, sampaikan padanya.

Sebuah kata, jangan dijadikan prasangka. Sebuah kepercayaan, jangan dijadikan keraguan.

Meski tak seindah yang semestinya.  Meski tidak sempurna seperti apa adanya. Meski tidak mudah dimengerti, seperti sebuah puisi.

Sederhana saja.

Aku menganggap hadirmu. Aku menerima sebuah perbedaan yang ada padamu. Aku yang selalu ingin membuat garis senyum pada raut sendumu. Dengan sebaik-baik caraku.
Jangan termakan emosi dalam diri. Jangan biarkan ambisi menguasai. Jangan membuat persepsi tanpa bukti.

Sebuah alur yang membuat kata "yasudah" pada akhir sebuah kalimat. Belum. Batas sabarku belum diambang titik akhir. Toleransiku masih berpihak pada hati. Mengerti adalah sebuah jata untuk diri sendiri.

Semesta, ingatkan aku jika sudah sampai pada waktunya menentukan sebuah pilihan. Ingatkan aku untuk selalu memaafkan. Ingatkan aku jika permasalahan bukanlah sebuah kesalahan. Ingatkan aku bahwa semua makna tidak harus terucapkan.

Jika kenyataannya sebuah kata "sementara" datang. Cepat atau terlambatnya itu. Ini yang aku ingin katakan.

"Aku yang memilih pada awalnya dan tanpa sesal pada akhirnya"

- SMAN 10, bersama Bintoro


Share:

Bintang

Kau terlalu lama berlari. Berlari mengejar sesuatu yang tak pasti. Sesuatu yang  kau tau ujungnya akan kau sesali. Sampai-sampai kau enggan menerima sesuatu yang pasti.

Kau hanya melihat satu bintang paling terang disana. Bintang itu mereno, indah apa adanya. Sehingga kau berlari untuk menggapainya. Tapi sayang kau lupa dengan kodrat yang telah ditetapkan-Nya.

Kodrat dimana manusia tak akan bisa menggapai bintang di angkasa.

- Asrama

Share: