Thursday, 2 February 2017

Kurang Pengertian

Tubuhku seperti pohon yang sebentar lagi mati. Layu. Disiram air pun tak mempan. Aku melangkah terseok-seok menyusuri lorong asrama yang terasa tiada ujungnya.
Itulah pertama kalinya aku memahami kata-kata temanku, bahwa saat paling menyedihkan adalah ketika sakit dan aku hanya sendirian.

Tiba-tiba aku merindukan keluargaku, teman-temanku, mantan pacar, calon pacar, dan semua orang yang kukenal dengan baik.

Aku ingin memanggil mereka untuk mengerumuniku; mengompres keningku, membuatkan makanan sehat dan secangkit teh panas, memapahku ke kamar mandi. Atau sekedar bertanya, apakah kamu baik-baik saja?

Sampai di ujung lorong, pikiran-pikiran itu seperti ide paling hebat yang terus bersuara di kepala si empunya. Tiada bosan kupandangi telepon genggam OPPO yang tak pernah berbunyi sedari kemarin. Ingin kupanggil mereka satu demi satu.

Ha, sungguh konyol! Mau menghubungi orang-orang yang tak pernah benar-benar kuhubungi, tak sisa malukah?


Share:

0 comments:

Post a Comment