Ada keputusan yang memang harus tetap diambil meskipun nanti kita akan dicap jahat bagai tak berhati. Salah satunya adalah memilih pendidikan. Tak peduli berapa lama pendidikan itu, masa depan adalah masa depan.
Mulut-mulut mulai berkoar, mencari-cari sebab, menghakimi, menasihati. Sedikit yang benar-benar peduli, sebagian hanya mencari bahan untuk diteruskan menjadi kabar burung tak berujung.
Aku tak ingin bertele-tele karena kurasa malam ini adalah malam berkabung. 2 sahabat saya, sebut saja Zakka dan Sultan. Dengan rela dan terpaksa meninggalkan kebersamaan kami yang telah terjalin selama 6 tahun.
Keputusan yang sulit memang, tapi inilah resiko persahabatan. Selalu ada jurang tajam yang menguji hubungan kita. Persetan!
Zakka, sahabat saya sejak kelas 1, tempat berbagi cerita keluh kesah, meskipun kadang tak berfaedah. Mendadak teringat angkringan Mbah Jenggot di asrama 9 dulu, dengan kopi joss-nya yang membara, kadang kami saling berlomba menghabiskan arang yang beraroma kopi.
Menanjak dewasa, kami mulai bergelut dengan dunia game online. Renaissance 68 TM, Rizq-Net, Underground, Hachi, Gamer Village dan Decade, menjadi saksi bisu betapa candunya kami akan game. Semua terekam jelas di ingatan dengan candanya yang diluar batas kewajaran manusia.
Tak lupa kamar kecilmu disebelah asrama yang menyisakan kepahitan-kepahitan minuman tak bermanfaat. Kegilaan bercampur kebahagiaan ruhani yang menenangkan diri ketika dirundung masalah. Klimaksmu yang luar biasa ketika sampai pada level Legend di Mobile Legend, motor maticmu yang disulap menjadi prototype KLX dan beragam hal absurd lainnya.
Sultan, sesosok manusia yang lamban bak koala. Sahabat ketika hasrat akan musik berada di titik kulminasi. Tak terhitung berapa kali menemaniku menikmati ramainya konser. FSTVLST, Shaggy Dog, Dipha Barus, Naif, Payung Teduh dan Braves Boy. Mereka akan menjadi saksi hidup betapa bodohnya dirimu ketika berada di kerumanan orang moshing dan jamming.
Entah kata-kata apalagi yang bisa kugores untuk melukiskan sifat kalian berdua yang tak wajar. Kita masuk di tempat yang sama, tumbuh dan berkembang di tempat, tapi sayang sekali, persetan dengan kata berpisah.
Sejujur apapun alasan yang kuberi, selalu ada kata 'tapi' untuk menyangkal harapan agar kami keluar secara bersama-sama dari tempat ini. Tentunya keluar dengan wajar.
Sungguh aku tidak menyangka semua akan berpisah secepat ini, dan dengan alasan yang tak masuk akal ini. Aku hanya bisa bergumam dan bergumam. Semoga ini menjadi jalan yang baik bagimu, masa depanmu adalah masa depanmu.
Persetan dengan CCTV!
0 comments:
Post a Comment