Wednesday 25 December 2019

Selamat Bersua Kembali

Mood manusia memang tidak ada yang bisa menebak. Harapan ku untuk tetap aktif menulis di blog ini sirna sejak setahun yang lalu. Semua perasaan, prasangka, cita-cita dan idealisme yang ku tuangkan disini hanya menjadi kenangan semu. Tekad yang kuat ternyata tak cukup untuk membuat manusia konsisten. Lingkungan dan pergaulan justru lebih berperan dalam mempengaruhi karakter tersebut. 

Di penghujung tahun 2019 ini, aku mulai merasa ada sesuatu yang ku abaikan. Sesuatu yang sudah lama kubangun, ku perjuangkan dari nol, ku rawat untuk tetap hidup. Aku merasa membohongi diri sendiri. Untuk apa berkomitmen kalau pada akhirnya aku mengkhianatinya? Aku tak menyadari bahwa daya ku sebenarnya cukup untuk mempertahankannya.

Tapi, ya beginilah manusia. Terlalu banyak membuat alasan. Hal yang irasional pun bisa dijadikan alasan. Menulis, sebenarnya bukan tentang momen, tapi tentang konsistensi. Aku terlalu menunggu momen. Berharap bahwa momen akan memberikan inspirasi untuk menulis. Sebegitu sakral-nya momen bagiku. Hingga aku lupa memaknai akan momen itu sendiri. Aku tenggelam dalam momen-momen yang kualami. Tenggelam jauh sampai ke dasar, merasa nyaman dan lupa cara untuk naik kembali. Aku termakan oleh momen.

Niat untuk mendokumentasikan momen hilang sudah. Angan-angan yang ku canangkan justru terhempas jauh karena ego ku sendiri. Aku mulai merasa bahwa kehidupan yang ku jalani cukup untuk ku selesaikan sendiri. Merasa bahwa tak ada gunanya bercerita, berbagi kisah kepada yang lain. Toh, hidup ini aku yang menjalani, bukan orang lain. Eksistensi untuk hidup aku sendiri yang mengaturnya. 

Sungguh bodoh! Bodoh sekali!. Aku telat menyadari bahwa orang lain juga butuh eksistensi. Sebagai makhluk sosial harusnya aku bisa menjadi pembicara yang baik. Tidak hanya menjadi pendengar yang baik. Aku lupa akan fungsi mulut untuk berkata. Aku selalu memendam apa yang kualami di dalam hati. Hatiku penuh akan cerita-cerita yang apabila tidak ku keluarkan mungkin tak akan lama lagi aku mengalami penyakit organ dalam. 

Aku merasa bisa menyelesaikan semua masalah yang ku hadapi. Sendirian, tanpa perlu bantuan orang lain. Memang itu tak terlalu menjadi beban, karena aku bisa menghadapinya. Aku merasa puas. Tapi puas ku hanya sementara. Masih banyak rasa puas yang kurasa harus dirayakan bersama teman-teman. 

Karena itu, aku berniat mengumpulkan kembali tekad ku yang berceceran. Aku ingin menghidupkan kembali blog yang telah menjadi media curhat ku setahun yang lalu. Menjadi pendengar yang setia, hingga aku merasa bahwa hidupku tidak sendirian. Mungkin sedikit aneh ketika aku bahagia bercerita kepada sesuatu yang tak bisa memberikan umpan balik.

Tapi aku punya chemistry tersendiri, aku merasa sangat puas menumpahkan segala keluh kesal ku dalam sebuah tulisan. Terlepas dibaca atau tidak, yang jelas hatiku tidak sesak dengan cerita-cerita yang ku pendam. Terima kasih Tuhan. Terima kasih Desember. Terima kasih teman-teman sejawat ku yang menguatkanku untuk tetap menulis.

Selamat bersua kembali, semoga Tuhan memberkati.

- Tirto Taruno, 25 Desember 2019
Share:

0 comments:

Post a Comment