Tuesday, 26 October 2021
Saturday, 23 October 2021
24 Oktober 2021
entah mengapa kamu tak paham-paham. atas bahasa yang ku ucapkan. padahal kata demi kata ku susun sederhana. mungkin kamu terlalu lama terperangkap. di pagar imajinasi yang terbangun liar. hingga diksi-diksi terasa asing dan ganjil. sebuah pemberian bukanlah tanpa arti. ada keinginan tulus dibalik itu semua. mungkin sejenis suap, tapi untuk hal yang baik
maka terimalah.
tak peduli mau diapakan kemudian, sikap untuk menerima dan mengucapkan terima kasih merupakan timbal balik yang membuatku bahagia
jikalau berdua terasa sulit dan rentan menimbulkan fitnah, bertiga pun tak jadi masalah. aku berjalan sendiri pun juga tak jadi masalah. karena ku kira memang itu yang harus dilakukan.
untuk apa memaksa hal-hal yang memang tidak diinginkan. meski begitu, dibalik sikap diam dan dinginmu. kuharapkan doa dan dukunganmu selalu. demi Tuhan ku akan sangat rindu semeja
23 Oktober 2021
yang melepaskan pergi
yang terlepaskan hari terakhir bermatahari
suatu saat nanti
nanti atau kini
coba letakkan diri
dan serahkan hati ini bahwa
mereka yang tercinta pasti pergi
di balik payung hitam ini
di balik awan hitam nanti
selama masih bermatahari
hitam kan menagih janji
dan mereka yang telah pergi
mungkin takkan pernah kembali
tiada sampai sejati
menghilang karna terbagi
mereka yang telah berjanji
suatu hari akan kembali
hadir utuh sepenuh hati
slama tak terbagi
kamis pun terbuang
siang berubah remang
usang harapan
kau kan tetap terbilang
Thursday, 21 October 2021
21 Oktober 2021
Malam Kamis kelabu. Menikmati serangkaian aksara yang berasap. Mencoba memulai ruang dialektika yang penuh substansi. Berjalan. Hanya sebentar. Setelah itu entah ke langit mana. Semua terjadi begitu cepat. Bahkan sebatang rokokku pun belum sempat habis.
Kejadian seperti ini adalah hal biasa. Setidaknya pernyataanku di awal berdasarkan pengalaman yang kualami selama berproses dengan Ria. Mungkin terlalu polos, hingga mudah terombang-ambing. Atau memang tidak ada ketertarikan untuk saling belajar. Atau mungkin keberadaanku hanya "seolah-olah".
Saling terpental dan mencari tempat hinggap sendiri-sendiri. Hingga salah satunya gugur tanpa kabar. Tidak ada pemberitahuan. Tanpa sampai jumpa. Semua terjadi begitu cepat. Perlengkapan perang pun tersisa. Mungkin sengaja untuk meninggalkan jejak.
Hingat bingar hampa. Dalam tempo yang semakin melambat. Sebulan tertukar dengan lari paksa rutinitas. Saatnya tanggalkan baju perangmu. Sandarkan tubuh lelah lemah. Sandarkan dulu.
.