Wednesday, 31 May 2017

Ekonomi Tidaklah Mudah

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena alhamdulillah di umur yang ke 17 ini saya masih diberikan kesempatan untuk bertemu bulan penuh keberkahan dan sedikit kelaparan, bulan Ramadhan. 

Hari dimana umat muslim diseluruh dunia berfastabikul khairat, memanen pahala di ladang mereka yang mulai berbuah. Tidak ada bulan yang lebih baik daripada bulan ramadhan, pada bulan inilah Al-Quran diturunkan yang kemudian kita kenal sebagai Nuzulul Quran.

Betapa mulianya bulan Ramadhan, heuheu

Mengawali bulan ramadhan di tahun ini, saya mendapatkan pengetahuan baru dan sangat urgent bagi saya sebagai calon pengusaha sukses heuheu. Pengetahuan ini saya dapatkan ketika mengikuti kajian shubuh bersama Profesor Candra Fajri di Masjid At Taqwa. 

Beliau merupakan pakar ekonomi di Universitas Brawijaya Malang.

Pada kesempatan yang mengantukkan tersebut, beliau bercerita panjang lebar mengenai ekonomi negara dan ekonomi islam. Gaya bicara beliau sangat menarik, dengan nada yang berat khas orang tua tetapi menghanyutkan dan berapi-api khas anak muda.

Salah satu hal yang baru saya tau adalah mengenai tanah wakaf, karena beliau menekuni bidang ekonomi, wajar jika beliau memahami dampak positif dan negatif serta cara mengakalinya. 

Jadi, ternyata, tanah wakaf itu, mau luasnya besar ataupun kecil, jika dalam jangka waktu tertentu tidak ada kegiatan yang berarti disana, maksudnya dibiarkan begitu saja. Maka, negara berhak mengambil alih tanah wakaf tersebut. 

Dan itu sudah diatur didalam undang-undang. Hebat bukan, heuheu

Oleh karena itu, bagi yang mempunyai tanah wakaf tapi masih nganggur, mending dimanfaatkan aja, mau ditanami apa gitu kek, atau disewakan juga bisa. Toh  kalo kita manfaatkan tanah tersebut, maka nilai tanahnya bisa naik. Dan itu benar-benar berdampak positif loh.

Selain itu, hal yang paling saya ingat adalah perihal LHKPN. Yakni Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara. Yups, ini adalah suatu kewajiban bagi setiap pejabat negara, tak terkecuali.

Konon, katanya pengisisan LHKPN ini sangatl sulit, karena harus mendetail dan dapat dipertanggung jawabkan. Darimana uang ini berasal, terus dihabiskan buat apa. Semua sangat mendetail, ini mobil beli dimana dan pake uang siapa, tv itu juga pake uang siapa, dan lain-lain. Nyebai dah pokoknya.

Toh kalo laporannya palsu dan tidak dapat dipertanggung jawabkan, maka orang tersebut bisa dipidana alias dipolisikan. Heuheu

Makanya, paling enak adalah menjadi pejabat kere, heuheu

Regards




Share:

Saturday, 13 May 2017

Cikal Bakal Cendekiawan

Dewasa ini, hampir segala sesuatu bisa dikendalikan secara mobile. Tak perlu repot-repot, tinggal mencet layar HP, insya allah keinginan bisa dikabulkan. Mulai dari ojek online, toko online, makanan online, pacar online dan lain sebagainya. Hari ini, saya mendapatkan pengetahuan baru dari seorang supir taksi online.

Seorang pria paruh baya, tampan dan luas wawasannya. Diliat dari wajahnya saja, sepertinya ia seorang mahasiswa yang nyambi cari uang dengan menjadi supir taksi online.

Ketika saya duduk dan mobil berjalan, tiba-tiba ia memulai percakapan tidak penting alias basa-basi dengan saya. Rupanya ia paham keadaan taksi yang hening dan ia berinisiatif memecahkan keheningan tersebut. Dasar anak muda huehue.

Ia bercerita panjang lebar dengan tema yang beragam, mulai dari pengalamannya menjadi supir taksi online, serta komentar-komentarnya mengenai Muhammadiyah dan NU yang dibumbui selera humoris.

Kalo orang NU itu suka guyon, kalo orang Muhammadiyah suka serius
Kalo orang NU itu suka pake sarung dan peci, kalo orang Muhammadiyah suka pake celana dan jas

Tapi kita patut bersyukur ada NU dan Muhammadiyah, karena dua ormas islam inilah melengkapi kehidupan beragama di Indonesia. Kalo NU tidak, Muhammadiyah iya, Kalo Muhammadiyah tidak, NU iya. Jadi klop dan saling melengkapi.

Konon katanya KH. Hasyim Asyari mendirikan NU karena salah satu faktor, yakni ingin menjaga tradisi nusantara agar tidak hilang. Nah sedangkan Muhammadiyah lebih kontemporer dan berpikir maju, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir lagi mengenai tradisi yang hilang dan ancaman masa depan.

Kembali lagi ke supir taksi tadi, ia juga sempat menginggung sekolah saya, Mu'allimin. Ia sangat kagum dan getol dengan sekolah yang ia beri label sekolah cikal bakal cendekiawan. 

Anak Mu'allimin itu sangat paham aqidah, akhlak, mana yang baik dan mana yang buruk, pokoknya segala hal tentang agama deh. 

Tapi walaupun paham, belum tentu mereka melaksanakannya loh, heuheu

Regards

Share:

Friday, 12 May 2017

Entah Sejak Kapan

Entah sejak kapan kita bersimpangan jalan. Rasanya dulu kita berteman. Berjalan beriringan. Berkelana mencari kebenaran.

Entah sejak kapan jembatan yang menghubungkan kita dirobohkan. Tanyalah mereka yang pernah bersamaku di sebuah kota kecil di kaki gunung Cikurai ketika menuntut ilmu kebajikan. Poster besar pak tua kharismatik bersurban, hitam berjanggut perak tertempel kokoh di dinding bilik, lurus di atas dipan. Tidakku ingat benar dari mana gambar besar itu didapatkan. 

Entah dibeli, entah hadiah dari teman. Yang pasti kami tidak terlalu peduli dari sekolah apa pak tua itu ditempatkan. Pak tua itu menjadi semacam sebuah inspirasi penuh letupan. 

Sebuah keberanian mendobrak dan melawan. Di bawah sudut poster itu aku tuliskan sebuah kaligrafi penuh bara: isy kariman au mut syahidan! Dalam sorot mata tajam pak tua itulah kami mengaji, membaca, bercanda, berkelahi dan belajar ilmu kehidupan. Sungguh disana tidak ada riak kebencian.

Entah sejak kapan kita terpisah tanpa sempat berpamitan. Kami para belia Islam, dulu, menggandrungi seorang alim yang meneriakan pembebasan. Di dalam lemariku yang berdesakan, ada buku pria plontos yang menganjurkan kami menjadi raushan fikr: nabi-nabi sosial, para pemikir tercerahkan. Rasanya aku dekat dengan dia, entah kapan kebencian itu mulai diajarkan.

Ya, sejarah kita memang sejarah berlainan. Tapi entah sejak kapan masa lalu getir itu diundang hadir kembali disini jika hanya ingin menebalkan garis batas antara kami dan kalian.

Entah sejak kapan benih kebencian itu kembali dijamah. Izinkan aku beragama secara sederhana untuk mengusir jejak kebencian sampai musnah. Tidak perlulah urat leherku menyembul menjajakan asmaul husnah. Tidak perlu pula jubah kalau hanya untuk menutup hati yang penuh nanah.

Regards from Raja Juli Antoni


Share:

Thursday, 11 May 2017

Kekancan Time

Setiap orang adalah guru
Setiap buku adalah ilmu 
Setiap tempat adalah sekolah 

Mungkin itulah salah satu quotes yang saya temukan di Instagram yang terus teringat di pikiran saya. Terutama setiap tempat adalah sekolah, yups, setuju sekali saya dengan yang satu ini. Mau di kelas, di toilet, di masjid, di gereja dan dimana saja, itu hakekatnya adalah sekolah.

Kemarin ini, saya mendapatkan sekolah baru dan ilmu baru dari guru baru. Pokoknya baru gitu dah, heuheu. Nama tempatnya adalah bukit Pengilo. 

Saya kesana bersama kawan-kawan seperjuangan yang ingin refreshing ditengah penatnya Penilaian Akhir Kelas. Lumayan lah sedikit menambah energi positif dengan melihat indahnya segoro kidul disertai merdunya deru ombak.

Menikmati indahnya angkasa dengan bintang-bintang yang tak beraturan letaknya, tapi konon jika bisa mengimajinasikannya maka akan menghasilkan rasi bintang. Thats feel good. heuheu

Jagung setengah bakar dengan bumbu mentega saja sudah terasa kenyang di perut, memang karena sebelumnya saya sudah makan.

Dengan banyak keseruan lain yang saya rasakan, saya mendapatkan ilmu baru, yakni ilmu keterbukaan. Hikmah ini diambil dari permainan TOT, Truth or Truth.

Kita harus bisa mengungkapkan apa sebenarnya diri kita, apa keinginan dan masalah kita, sehingga kedepannya kawan-kawan disamping kita bisa membantu kita dalam merealisasikan itu semua. 

Regards

Share:

Wednesday, 10 May 2017

Indonesia Berkabung

           Vonis untuk Ahok Adalah Matinya Keadilan, Kemenangan Intoleransi dan Radikalisme di Indonesia                            #IndonesiaBerkabung



Share:

Friday, 5 May 2017

Pendidikan Militer

Beberapa waktu lalu sempat muncul isu tentang wajib militer. Banyak orang menyambutnya dengan riang, ada juga yang mengernyitkan dahi ketika mendengarkannya.

Dan alhamdulillah itu masih isu, masih opini, dan tidak dilaksanakan untuk saat ini. Tapi tidak tahu untuk kedepannya.

Bagi saya, wajib militer adalah hal yang penting tapi sedikit benci. Benci tapi penting. Heuheu

Sama halnya dengan Pelatihan Bela Negara dan kedisplinan siswa beberapa hari lalu di Akmil Magelang. Benci tapi penting.

Kegiatannya benar-benar overmind, sangat padat, bahkan waktu untuk beribadah pun sampai terikhlaskan.

Makan dihitung, mandi dihitung, salah dikit push up, senggol diikit skor jam. 

Lelah heuheu.

Sungguh beruntunglah dirimu yang belum pernah merasakan pendidikan Akmil. Heuheu

Regards
Share:

Tuesday, 2 May 2017

Mendengarkan Pejabat

Datang akan pergi
lewat kan berlalu
ada kan tiada
bertemu akan berpisah

Keluarga Resident (91) hari ini telah menjadi purnakader Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Mereka telah resmi menjadi alumni. Setlah 6 tahun lamanya terkurung di kawah candradimuka. Berbagai pelajaran berharga dan tak berharga tentu telah mereka dapatkan. 


Dengan segala keunikan dan ke-estetikan mereka, keluarga 91 dilepas oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang dihadiri oleh salah satu pejabat penting di Indonesia. Yups, ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Bapak Zulkifli Hasan.


Kebetulan saat itu saya menjadi bagian iringan penyambut beliau, saya memakai jas IPM dan bertatap muka secara dekat dengan beliau yang kemudian dengan sigap beliau berjalan menuju kursi tamu di depan barisan undangan.


Beberapa saat kemudian, beliau naik ke atas mimbar untuk memberikan pidato sekaligus sosialisasi 4 pilar. Perpisahan feat sosialiasi 4 pilar, menggelikan bukan.


Ketika momen yang santai dan penuh haru malah dijejali dengan sesuatu yang formal, sungguh racikan yanh tidak pas. Heuheu

Awalnya beliau bercerita tentang masa kecilnya, cukup menarik. Tapi ketika masuk bagian sosialiasi, keadaan mulai berubah.

Semua menjadi membosankan, garing, stagnan, tak ada inovasi sama sekali.

Padahal yang ngomong ketua MPR loh, ketua MPR!

Tapi kok memuakkan yah.

Sayang sekali.

Regads




Share: