Hai bulan, hari ini dentuman musik yang tetdengar begitu menggema. Alunan iramanya senada. Terhanyutku dibuatnya. Dentuman jantungku serempak di setiap detaknya. Begitu berirama.
Hai bulan, sekali lagi kutatap kau, begitulah adanya malam ini. Kebersamaan tidak menghendaki kita kemarin.
Bulan, melihatmu mengintip dibalik bayang awan membuatku tersenyum. Tapi kali ini bisakah aku bersedih sebentar saja. Biarkanku menikmati keramaian bersama dengan merasakan kesendirian.
Bulan, sepikah kau malam ini. Karena ku bisa melihat bintang menghilang bersama sinarnya. Bersembunyi dibalik punggung awan. Tidakkah kau merasa sendiri malam ini bulan?
Baiklah bila iya. Biarkanku menemanimu malam ini. Beserta malam-malam selanjutnya sampai bintang yang bersama sinarnya kembali menemanimu.
Ah benar, berhentilah mengintip. Munculkan bentuk sempurnamu sehingga berkas cahaya yang kau pantulkan menjadi lebih sempurna. Tidak terlalu terang menderang, tidak sangat gelap. Cahayamu mampu menyinari tanpa berlebihan.
Meskipun bersembunyi, kuyakini kau tetap ada. Kutebak saja kau hanya malu menampakkan diri secara langsung. Terima kasih sekali lagi, malamku menjadi pengingat hadirmu.
Baiklah, tunggu aku yang akan menemanimu lagi di malam selanjutnya. Biarkanku terlelap sejenak. Jangan bersedih, muram dunia sudah cukup hanya dengan menikmati apa yang ada. Bukan
- Sate Klathak, 1 Maret 2018, bersama Bintoro dan Bocil
0 comments:
Post a Comment