Nyatanya, api kecil itu tetap hidup. Tak mau mati dengan sekali tiup. Pelan tapi pasti. Membakar diri dan aku hendak mati.
Tidak tidak. Itu bukan api yang akan menghanguskanmu. Itu justru api yang membakar diriku. Karena masih mengingatmu.
Betapa kejamnya. Bahkan mengingat saja sudah membuatku sekarat. Apalagi jika rindu bercampur amarah itu belum benar-benar berkarat.
Aku mari hidup-hidup ditelan cinta yang entah kini mewujud apa. Aku nelangsaa digerogoti rindu yang tak kunjung bertemu hulu.
Intinya, aku koma.
Setetes rindu, aku koma.
Segenggam cinta, aku koma. Bahkan turut pula seikat dendam karena kau abaikan. Takdir macam apa yang tidak pernah mempertemukan kesempatan dengan harapan.
Hanya botol yang semakin menganga. Dan aku semakin koma. Tunjukkan!
Mana cinta mana ambisi.
Mana dendam mana harga diri.
Mana dendam mana harga diri.
Ah sudaah, ini sudah selesai.
- Asrama 10
0 comments:
Post a Comment