Monday, 5 March 2018

Post-Friend

Diterik siang dalam lamunan, aku mulai tersadar. Melihat sekitar, bertatap muka dengan kenyataan.

Di tengah deru keramaian, aku mulai tersadar dari lamunan. Dalam bising dan gaduhnya siang, kesepian masih melanda dada dan pikiran. Selintas angan atau angin terlewat, mampir sejenak dalam benak. Untuk berfikir tentang sebuah kata atau kalimat.

Ini bukan tentang siapa-siapa. Melainkan tentang kita yang baru memulai cerita dengan awal manis tak terkira. Ceritaku tak seapik film romansa pada umumnya. Namun ceritaku juga tak gambar seperti yang kau kira.

Dia memberiku sebuah rasa. Dimana hanya ada hangat dan rindu didalamnya. Bagi kami rasa bosan tentu ada. Namun arti kata bosan kami tentu berbeda dari biasanya.

Kami bosan menahan rindu, kami bosan menikmati senja di langit yang sama. Kami bosan menghabiskan secangkir kopi atau teh dalam tempat dan waktu yang berbeda pula. Sungguh kami bosan.

Ia berkata padaku bahwa ia tak bisa menahan rindu. Sampai-sampai ia memalingkan wajahnya dan mencari celah kesibukan agar tak memikirkanku. Aku pun begitu. Aku sangat membenci kata rindu.

Namun apa mau dikata? Kami tak mampu menolaknya. Rindu akan terus datang dengan sendirinya.

Tak ada satu cerita yang semulus jalan tol ibukota. Pasti selalu saja ada kerikil didalamnya. Hanya saha akibatnya yang berbeda. Perkara itu tergantung kepada sang pengendara. Apakah mereka menganggap batu kerikil sebagai batu kecil atau bahkan awal dari datangnya hujan batu?

Tak menampik selalu ada masalah menerpa. Kadanh kami.mampu mengatasinya, kadang kami juga terlalu terlena.

Suatu waktu aku mengalah, suatu waktu ia mengalah. Jika masalah itu datang, kami diam sejenak. Merenung tanpa kata lalu berlanjut tanpa saling bicara. Begitulah seterusnya seolah tak terjadi apa-apa.

Sampai rindu menggelitik kami, dan kemudian membungkan rasa kesal yang berubah jadi sesal.

Sudah kukata bukan hanya sekedar rindu. Cerita kami dibumbui pula rasa sesal dan kesal. Sepercik api amarah kera melanda hati dan pikiran kami. Namun untungnya tidak sampai membakar hubungan kami.

Meski mendung datang menjemput. Bahkan hujan turun dengan kabut. Dilanjutkan dengan malam kalut. Tak kuizinkan hatiku surut
.
Akan kutunggu datang langit biru. Dibawah pohon atau tempat lain yang tak kalah syahdu. Dikawal dengan hangat senyummu. Sampai reda rasa rindu

Maka dari itu tak akan kubiarkan cerita kami usai. Karena tak mudah bagi kami untuk memulai. 


- Angkringan Pak Sur, 5 Maret 2018, bersama Bintoro
Share:

0 comments:

Post a Comment