Hampir lelap. Meski hasratmu tak pernah lenyap. Tunggulah. Kamu akan tau bagaimana dia diam-diam akan menyelinap dibawah sadarmu.
Untukku, tak satupun gairah bisa kau paksakan. Melampaui musim sekalipun. Ia hanya butuh sentuhan lembut yang menghujam kalbu.
Kali ini, kehangatanmu menyelinap. Kemudian menghentak kesadaran sesekali.
Tentang hasrat yang menari. Kini, terekam indah dalam jemari.
Sayangku, kesadaranmu memelukku. Dalam temaram sudut sunyi malam. Menetes indah bak air mata sang tasneem. Mengalir merdu menghentikan waktu.
Untuk kita, waktu berhenti sejenak. Membiarkan malam. Sedikit lebih panjang. Disudut ini, nyanyian kalbuku berdendang dalam sepi.
Kau hempas sekali lagi. Salam hangat kabut menjelang pagi. Kehangatanmu kini. Menyublim dalam embun pagi. Terangkai indah dalam rindu selaksa biru.
- Mami Fauzan, 12 Maret, bersama Bintoro dan Bocil
0 comments:
Post a Comment