Monday, 29 November 2021
Sunday, 28 November 2021
29 November 2021
Dan aku sudah muak dengan keadaan ini yang memicu kekhawatiran dimana-mana. Maka kuputuskan hari ini untuk benar-benar mengakhiri. Seperti rencanaku sebelumnya, pesan ini kukirimkan lewat email.
Sudah lama kita tak berjumpa dan menjalin interaksi. Semoga kamu bahagia dan sehat selalu serta dimudahkan segala urusannya.
Terus terang berat rasanya menulis ini. Tapi jika tidak diselesaikan akan membuat anomali semakin lebar. Dan membuat hati semakin tak karuan.
Beberapa waktu lalu aku telah mengungkapkannya, tetapi kamu menolaknya dan tetap teguh pendirian. Maka dengan adanya surat ini, dengan berat hati aku tegaskan, bahwa aku menyelesaikan hubungan ini. Mohon maaf juga aku tidak bisa bertemu langsung.
Kulipat kalimat sajak kepadamu agar ucapku tak jadi serapah. Kias-kias kukikis habis serpihan yang menumpul - agar tak melukaimu lagi. Lukamu perkara lukaku.
Lalu bagaimana Alliya?
Kita tak pernah terpatri atau katamu sempat dalam sempit masa yang salah termaknai. Kita yang pura-pura bernapas dari paru-paru penuh sesak asap dalam desak himpit yang salah asumsi.
Kau yang teramat, maafku bukanlah sesuatu yang menyembuhkan kepergian.
Lalu bagaimana Alliya?
Kau dan aku, bisakah kita sembuhkan? Mungkin jawabnya ada didalam bisumu selama ini.
Dan aku rasa harus berhenti.
Aku yakin sebab aku belajar banyak hal dari apa yang telah kulalui. Seperti matahari yang terbenam, klise menyebutnya senja. Orang menikmatinya dan mendadak puitis. Seperti itulah perasaanku kepadamu. Tenggelam. Perlahan memudar menjelma malam. Aku menikmatinya, berat memang. Dan menghilang.
Ya inilah hidup. Banyak hal-hal absurd tak terduga dan harapan-harapan yang pupus. Beruntung kita dilahirkan sebagai manusia. Yang masih memiliki akal sehat bagaimana menyikapi segala kemungkinan hidup yang akan kita hadapi.
Tetes air hujan tidak pernah mengeluh untuk selalu jatuh. Memang air itu mati rasa dan lalu menghilang. Sama seperti sebuah hati, yang semakin lama semakin hilang rasanya kerena harus selalu bangkit dari lara.
Bukan perkara bagaimana semua hal indah dapat kembali lagi. Tapi, semua itu tentang bagaimana kita tidak membentuk masalah itu lagi dan lagi.
Ku katakan pada diriku "aku baik-baik saja". Sesering itu kukatakan dalam hati, yang tidak punya telinga melainkan rasa sendiri.
Coba lihat, dengar, rasakan. Ada apa denganku? atau kamu? Apa ini ulah semesta? atau sugesti dari sebuah logika?
Jika kusalahkan diriku sendiri, hatiku yang merasa kalau aku benar. Jika kusalahkan dirimu, mulutku bisu dan kaku tapi tak membiru.
Apa aku harus pandai menulis untuk menjelaskan sebuah alasan? Atau aku harus pandai bersandiwara untuk bisa berpura-pira?
Jadikan sebuah makna menjadi suatu pembela. Lupakan apa yang sudah tenggelam dan hilang. Namun masa demi masa untuk sekedar tahu bagaimana kita.
Kelak, waktu yang akan menjawab, untuk apa kita, bagaimana kita, sampai mana kita.
Cukup Tuhan yang berikan jalan. Cukup hati yang merasakan. Cukup menunggu untuk sebuah ketetapan.
Aku juga ingin meluruskan. Apapun yang terjadi setelah ini. Jangan menyalahkan dan membenci orang lain. Cukup salahkan dan benci diriku. Karena apa yang telah kita lalui hingga hari ini adalah urusan kita berdua. Tidak ada campur tangan orang lain. Bukan Sisil, bukan Anabele, bukan Salwa, bukan Icha, bukan Ria, bukan pula komisariat. Cukup salahkan dan benci diriku!
Perihal jodoh, itu sudah ada yang mengatur. Setidaknya aku tetap bersyukur karena telah mengenalmu. Pernah menjadi bagian dari hidupmu. Pernah menjadi sesuatu yang kamu sebut bahagia. Aku bersyukur pernah memiliki kesempatan itu bersamamu.
Dan akhir kata. Selepas ini, semoga kita bisa menjalin pertemanan sebagaimana biasanya. Sekalipun kamu membenciku atau bahkan memblokirku. Aku tidak akan mempermasalahkan itu. Aku tetap menganggapmu sebagai Alliya Safitri yang pernah kukenal.
Sekali lagi aku meminta maaf kepadamu karena belum bisa menjadi pribadi yang baik. Belum bisa menjadi sosok yang patut dicontoh dan dipertahankan. Hingga meninggalkan dosa yang teramat besar kepadamu. Sekali-lagi mohon maaf.
Tak lama kemudian dia menelponku dan mengajak bertemu langsung. Sempat ragu namun aku harus berani mengambil keputusan. Meski penuh haru, namun akhirnya selesai sudah.
Saturday, 27 November 2021
28 November 2021
Ada beberapa hikmah yang bisa kudapat dari Rapat BPH hari ini.
Terima kasih untukmu yang sudah tumbuh tanpa banyak mengeluh. Kamu yang sadar bahwa mengeluh tidak akan mengubah banyak hal. Kamu fokus untuk bertumbuh. Mengubah apa yang bisa diubah. Memperbaiki apa yang bisa diperbaiki.
Kamu sadar bahwa berjuang itu satu paket dengan rasa lelah. Kamu berusaha yang terbaik setiap harinya. Itu melelahkan, pasti. Tapi kamu lebih memilih untuk lekas rehat dan pulih.
Terima kasih untukmu yang sudah berjuang keras setiap hari. Memilih untuk lelah. Memilih untuk keluar dari zona nyaman.
Tetap bayangkan versi terbaik dari dirimu. Aku yakin, dirimu akan mampu mewujudkannya.
Apa yang menjadi komitmenmu hari ini, semoga bisa ditepati kedepannya ya Ria. Kuncinya tenang dan kuasai keadaan.
Tuesday, 23 November 2021
24 November 2021
Masih adakah sikapku yang berlebihan?
Menyentuh kulit pun sudah kuhindari. Walau aku masih bingung kenapa alasan bukan muhrim hanya berlaku kepadaku saja.
Berduaan? Hanya ketika internaliasasi saja. Tidak lebih.
Khawatir? Memang masalah klasik yang akan terus membentengi diri sendiri.
Sepele memang, tapi dampaknya begitu luar biasa.
Tapi kurasa sebisa mungkin menghindari drama yang tidak perlu. Menjaga hubungan baik kepada siapa saja. Menyederhanakan apa yang bisa disederhanakan. Memperbaiki apa yang bisa diperbaiki. Memilih untuk hidup tenang dan apa adanya.
Tapi untuk kamu, kurasa berbeda. Kamu istimewa dan penuh harapan yak.
Friday, 19 November 2021
20 November 2021
Friday, 12 November 2021
13 November 2021
Thursday, 11 November 2021
11 November 2021
Beribu maaf untuk malam ini yang membuat kita jatuh ke dalam kubangan dosa. Semoga ini yang terakhir dalam perjalanan ini. Mari berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Sekali lagi maaf.
- -
Sengaja kutinggalkan tanggung jawabku sebagai organisatoris untuk sekedar menjalin silaturahmi dengan beberapa saudara yang kebetulan sedang di Batu. Jujur aku kesulitan mengatur waktu untuk keluarga, organisasi, kuliah dan teman. Runyam memang. Tapi ya beginilah keadannya.
Monday, 8 November 2021
8 November 2021
Thursday, 4 November 2021
5 November 2021
4 November 2021
Untukmu dengan tolakan halus yang membuatku terdiam. Untukmu dengan kekhawatiran akan persepsi liar orang lain. Untukmu yang semoga tetap sehat dan diberkati Tuhan.
Untukku dengan segala rencana yang tak terjalankan sore ini. Untukku dengan segala keluh kesah cerita yang menguap dengan sendirinya.
Jangan diratapi. Jalani saja seperti biasa. Masa sulit ini akan menempa kita menjadi apa. Semoga bukan keterpaksaan. Pura-pura aman tidak kelaparan. Bukan cuman sekali. Yang kita perlukan sekarang, pertahanan dan harapan.
Di batas kesanggupanku. Ku sembunyikan segalanya. Semoga saja ada hal berguna dariku yang bisa kuwariskan.
Maafkan aku malam ini yang harus merawat kebiasaan lamaku. Bersenandung riang bersama kawan karib ku dulu. Hasbi dan Zakka beserta kawan-kawan kontrakannya. Capitol ternyata tak seburuk itu. Selamat bersua kembali air kejujuran.
Wednesday, 3 November 2021
3 November 2021
Sesuai dugaanku. Muncul persepsi beragam dari beberapa orang akan hubunganku dengan Ria. Entah dinilai sebagai kedekatan emosional bidang. Atau bahkan terkesan overlap bagi beberapa orang.
Miris memang. Satu-satunya jajaran yang kupunya. Yang harus kudampingi hingga akhir masa jabatan. Berita seperti inilah yang membuat sekat imajinatif di antara kita. Meski aku selalu berpikir positif di hadapan kenyataan yang terjadi. Tapi ketika Ria berpikir sebaliknya, rumit sudah. Atau mungkin memang benar seperti itu yang dipikirkannya hingga mencoba menjaga jarak dengan aku akhir-akhir ini?
Padahal seorang kabid tidak hanya memiliki tugas sebagaimana yang tertera dalam Tanfidz. Banyak tanggung jawab yang tak tertulis disana.
Entah aku hanya dianggap sebagai seorang kabid atau apapun itu. Semoga ikhtiar dan tawakkal ku bisa menjadl sesuatu yang berharga bagi kita bersama.