Tak kusangka, ternyata mbakku punya koleksi buku-buku yang mengagumkan. Meskipun didominasi oleh buku bahasa Inggris dan Jepang, ada juga beberapa buku yang ku incar, tapi belum sempat terbeli.
Sebut saja Max Havelar-nya Multatuli, Sabda Palon, Jomblo Tapi Hafal Pancasila-nya Agus Mulyadi dan Ibuk karya Iwan Setyawan.
Dari semua buku itu, yang menjadi unggulan untuk dibaca pertama adalah Ibuk. Ya selain aku sedang mood untuk membaca novel, buku ini berlatar belakang di Kota Batu. Yang secara otomatis menimbulkan rasa penasaran tersendiri.
Seminggu berlalu, aku menyelesaikan novel ini. Yang bercerita tentang Bayek, anak seorang supir angkot yang kemudian menjadi sukses ketika bekerja di Amerika. Secara mendalam aku menyelami kata-kata dan menghayatinya.
Jujur, hatiku sempat tersentuh dan ingin rasanya untuk meneteskan air mata. Tapi apalah daya. Aku jadi merasa bersalah karena menjadi beban orang tua. Sebaliknya dalam buku ini, Bayek dapat membuktikan bahwa ia bisa menjadi pahlawan keluarga.
Aku jadi merasa ampas keluarga. Tapi disisi lain, aku mendapatkan motivasi agar kelak bisa membuat orang tuaku tersenyum ketika aku sukses.
Selain itu, yang membuat aku senang. Aku berhasil menyebarkan virus membaca kepada kawan-kawanku. Kepada Bintoro, Bocil dan yang lain. Semua berkat novel Ibuk. Hehe
- Asrama, Januari
0 comments:
Post a Comment