Gemericik air diluar sana makin giat membasahi bumi. Terdengar bunyi kelakar langit ikut meramaikan malam yang mulai sunyi. Membuatku semakin terlonjak kaget, apalagi keadaan rumah yang benar-benar sepi. Hanya aku seorang diri.
Ruanganku juga tampak gelap dan singup. Bukan, bukan karena sengaja ku matikan. Tapi listrik sedang padam.
Hal yang paling menyebalkan di dunia bagiku, hujan deras ditambah gelegar langit, lengkap dengan paket mati lampu. Parahnya aku sedang sendirian di rumah. Ya, memang aku sendiri karena menjadi anak rantau kurang lebih sudah masuk tahun keenam.
Mataku tak bisa terpejam, awas pada sekitar yang semuanya sama. Hitam. Sesekali ada cahaya dari kilatan langit yang mencoba menerobos lewat gorden jendela kamarku. Itu lebih menyeramkan menurutku daripada pekatnya ruangan berbentuk persegi ini.
Ku ambil ponselku, mulai menjelajah pada isinya. Daripada alunan nada dari air langit, suara emas penyanyi favoritku tentu jauh lebih baik. Kadang, suara hujan itu menyeramkan. Apalagi jika di malam hari. Seolah memenuhi gendang telingaku. Seperti irama dalam film horror.
Namun, keadaan kali ini benar-benar seperti film horror. Sungguh. Telingaku menangkap bunyi ketukan di kaca jendelaku sana. Jaraknya hanya sekitar dua meter dari ranjang. Tubuhku membeku. Mencoba memejamkan indera pendengaranku.
Tuh kan, telingaku tidak salah. Aku ingin memastikan itu apa. Seseorang kah? Ranting pohon kah? Atau ...
Tapi aku tidak mampu melangkah kesana. Bahkan, sekedar membalikkan tubuhku menghadap ke jendela. Ya, daritadi posisiku membelakanginya. Perlahan jemariku mencoba mengecilkan volume handphoneku.
Suara ketukan itu hilang. Kembali derasnya hujan yang kudengar.
Aneh
- 31 Mei 2018
Ruanganku juga tampak gelap dan singup. Bukan, bukan karena sengaja ku matikan. Tapi listrik sedang padam.
Hal yang paling menyebalkan di dunia bagiku, hujan deras ditambah gelegar langit, lengkap dengan paket mati lampu. Parahnya aku sedang sendirian di rumah. Ya, memang aku sendiri karena menjadi anak rantau kurang lebih sudah masuk tahun keenam.
Mataku tak bisa terpejam, awas pada sekitar yang semuanya sama. Hitam. Sesekali ada cahaya dari kilatan langit yang mencoba menerobos lewat gorden jendela kamarku. Itu lebih menyeramkan menurutku daripada pekatnya ruangan berbentuk persegi ini.
Ku ambil ponselku, mulai menjelajah pada isinya. Daripada alunan nada dari air langit, suara emas penyanyi favoritku tentu jauh lebih baik. Kadang, suara hujan itu menyeramkan. Apalagi jika di malam hari. Seolah memenuhi gendang telingaku. Seperti irama dalam film horror.
Namun, keadaan kali ini benar-benar seperti film horror. Sungguh. Telingaku menangkap bunyi ketukan di kaca jendelaku sana. Jaraknya hanya sekitar dua meter dari ranjang. Tubuhku membeku. Mencoba memejamkan indera pendengaranku.
Tuh kan, telingaku tidak salah. Aku ingin memastikan itu apa. Seseorang kah? Ranting pohon kah? Atau ...
Tapi aku tidak mampu melangkah kesana. Bahkan, sekedar membalikkan tubuhku menghadap ke jendela. Ya, daritadi posisiku membelakanginya. Perlahan jemariku mencoba mengecilkan volume handphoneku.
Suara ketukan itu hilang. Kembali derasnya hujan yang kudengar.
Aneh
- 31 Mei 2018