Friday, 4 May 2018

Nikmati Saja



Langit jingga mulai memudar menghiasi langit sore. Ia kembali dalam peraduan bersama pelukan. Dan dongeng malam pun siap dimulai, kata demi kata keluar dari mulut pendusta. Dan, saat itu dimulai langit pun bergemuruh dengan keras, seolah sedang menghantam ketenangan malam. Ataukah itu sebagai pertanda untuk naluriku yang selalu dibodohi?

Oleh si pendusta!

Aku hanya bisa terdiam, lalu diam-diam mengamati wajah tampan yang tega mendustai sebuah arti kesetiaan. Bagaimana bisa, saat fakta rela dibolak balikkan demi membenarkan sebuah kesalahan.

Kini aku mulai berfikir, bagaimana caranya aku pergi dan berlari sekeras mungkin demi meninggalkanmu yang kukasihi. Tak ada rasa yang tega mengkhianati dan membodohi sebuah hati.

Kini kubenci malam yang selalu datang hanya untuk membodohiku, bersama pelukan dan mulut manis yang ternyata tajam. Kamulah sumber kebodohanku yang kini sudah mendarah daging, tertipu adalah makananku. 

Sekarang ku biarkan kau tertawa dengan semua kebohonganmu. Aku aka tetap menikmatinya. 

Tapi jika waktunya tiba untukku. 

Biarkan aku yang menciptakan tangisan sesal untukmu, yang pastinya takkan sanggup kau lupakan.

- Mess Kemensos


Share:

0 comments:

Post a Comment