Kutulis namamu. Tidak disini, tapi di buku harianku. Biarlah tiada seorang pun menahu. Perihal rasa yang menyesakkan ulu.
Masih kutulis namamu. Entah sudah berapa ratus atau ribu. Namun masih saja aku tak jemu. Tetap kutulis namamu.
Masih aku memanggilmu dalam diam. Melangitkan namamu dalam doa malam. Mengikuti kehidupanmu dibalik layar handphoneku yang temaram.
Kata-kata dalam otak ini tak pernah habis. Teruntuk pemilik senyum yang manis. Sayang, tak pernah terbaca barang sebaris. Dan aku hanya bisa menangis, miris.
Kan sudah kubilang, aku ini pengingat yang baik. Tak pernah melupa barang setitik. Karena yang kita lewati, detik demi detik. Selalu kusimpan dengan apik.
Maka kuharap, kamu tak keberatan. Jika namamu selalu kugunakan. Baik tertuang dalam tulisan, maupun kulambungkan dalam angan-angan.
- Hari terakhir di Yogyakarta
0 comments:
Post a Comment