Kita dipertemukan oleh jejaring maya tanpa sengaja. Lewat
jemari yang beradu, terciptalah cakap singkat antara kau dan aku.
Masih
teringat jelas malam itu. Di atas meja kedai kopi temanmu, pertama kali kita
berdua bersua. Kali kedua kita bercanda ditemani jajanan angkringan yang kau suka. Hingga
dingin subuh mulai terasa.
Tak selang lama, lagi-lagi kita berjumpa. Kau
seduhkan kopi untuk pertama kali. Bercakap ria hingga usiamu bertambah lagi.
Tak sekali dua kali saat terlintas di pikiran, kau tiba-tiba menghubungi.
Dari
secangkir kopi hingga semangkuk bubur Kosambi. Tak mau banyak kata, hanya ingin
menikmati. Secangkir kopi lagi dan segelas the melati, serta baju hangat yang
pinjamkan mampu mengusir dingin subuh ini. Kaki pun tak lelah melangkah bersama
di pagi hari menuju ujung jalan Soekarno Hatta.
Baru kali ini aku tak ingin
pulang berlama-lama. Seakan tak rela meninggalkan Malang bila ada kau
didalamnya. Rindu aroma kopimu di kalan dingin Malang menyelimuti tubuh.
Terlintas ingin pergi, curiga rasa ini hanya sejenak singgah.
Melihat gerakmu
yang berangsur berubah. Haruskah aku mengaku saja sebelum semua semakin biasa.
Atau memang ini tipu daya dari hati yang baru saja terluka.
Malam itu, kembali
lagi hingga pukul empat pagi. Masih pula kau yang selalu peduli, mengantarku
sampai di sini. Oh ya, terima kasih baju hangatmu sekali lagi. Baju hangat itu
mengantarku sampai mimpi. Sungguh tak ingin kembali, biar saja menemaniku
sampai nanti.
Lalu kenapa mendadak kau begitu. Hanya sekata kau balas pesanku.
Bosankah kau denganku. Tak mau tenggelam jauh aku pun mundur, kembali ke permukaan.
Sampai akhirnya aku melihat di seberang sana, kau telah bersama sosok
laki-laki.
- Ayu Tantri Cafe and Music, bersama Intan, Renata, Arsa, Daffa