Saturday 11 August 2018

Tidak Untuk Manusia #1

Sudah menjadi tradisi. Kebiasaan mahasiswa baru ketika jadwal kuliah belum muncul adalah ngopi. Tiap malam. Tak peduli kondisi kantong sedang tipis maupun tebal. Yang penting ngopi dan srawung. Mencari kawan sebanyak-banyaknya sebelum menjalani rutinitas sibuk di kampus.

Nah, malam ini. Aku mendapatkan pengalaman menarik sekaligus menegangkan. Sehabis ngopi di Kopi Asri. Aku dan kawan-kawanku berencana menonton balap liar di depan Batu Town Square. Jarak yang lumayan jauh jika ditempuh dari jalan Soekarno Hatta, Malang. 

Kebetulan juga hari ini adalah 11 Agustus 2018. Klub kebanggaan arek Malang, Arema sedang berulang tahun. Sedang milad. Ya seperti biasanya, ada konvoi keliling kota. Kebetulan juga Arema sedang tanding. Baik Arema FC maupun Arema Indonesia. 

 Sepanjang perjalanan, kami berkendara pelan-pelan. Maklum lah udara Malang dan Batu ketika malam memang tidak bersahabat. Singkat cerita, di daerah Sengkaling. Salah satu temanku yang mengendarai motor Ninja membelokkan motornya dan berada disampingku motor.

Masalahnya, dia membelokkan motor secara mendadak dan tidak melihat spion. Spionnya diputer kebawah. Ya tidak fungsi juga sih. Dan tak disangka dibelakangya ada motor yang melaju kencang. Secara otomatis motor tersebut nge-rem mendadak dan sedikit oleng. Untung saja tidak sampai nabrak dan jatuh.

Kemudian motor yang nge-rem mendadak tersebut marah. Tidak terima dan menghentikan rombongan kami. Ternyata pengendara motor tersebut adalah Aremania dan dalam posisi mabuk berat. Mereka marah-marah dan membanting helmnya. Sampai pecah.

Kami yang awalnya tidak tahu masalahya apa sempat bingung. Dan parahnya, temenku yang naik Ninja malah gas terus. Kabur. Otomatis tinggal beberapa orang saja yang tinggal dan menyelesaikan masalah tersebut. Yang pada akhirnya, masalah dapat diselesaikan secara baik-baik.

Sebagai seorang pria, lari dari masalah adalah perilaku pengecut. Jika di-analisis, kami memang menang secara kuantitas, mereka hanya berdua, sedangkan kami rombongan banyak. Dan mereka hanya mengandalkan lokasi, karena memang disanalah tempat tinggal mereka. 

Seharusnya, pria sejati mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Toh setidak-tidaknya tidak kabur. Toh juga kalo semisal diselesaikan secara fisik, teman-teman yang lain juga bakalan membantu. Bukan malah pergi seolah tidak terjadi apa-apa.

Meskipun dalam teori jalanan, bahwa melawan orang mabuk akan sia-sia. Ya aku pikir tidak masalah juga. Lumayan bisa buat adu debat dan adu fisik gratisan. Tapi ya mau gimana lagi, cinta damai kok ya wgwg.

Share:

0 comments:

Post a Comment