Tuesday, 14 December 2021

15 Desember 2021

Perjalanan paling jauh yang bisa ditempuh oleh manusia bukanlah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, melainkan perjalanan dari pikiran ke hatinya sendiri. 

Perjalanan dalam rangka meruntuhkan ego, merendahkan hati, menjadikan ikhlas, lebih bersabar dan lebih bertakwa.

Perjalanan yang membutuhkan banyak sekali iman. Semoga Allah masih menjadi yang pertama.

Entah keburukan apa saja yang kita lalui bersama hingga detik ini. Terlepas tidak adanya kebahagiaan ketika berada disampingku. Semoga kita bisa jadi lebih baik kedepannya.

Terlintas ingatan pepatah yang diucapkan Ali bin Abi Thalib:

Jadilah terbaik di mata Allah

Jadilah terburuk di mata sendiri

Dan jadilah sederhana di mata manusia

Share:

Monday, 29 November 2021

30 November 2021

Bicara dengan diri sendiri membuatku berkembang sampai sejauh ini. Aku seirngkali berbicara pada diriku sendiri di depan cermin.

Sederhana. Namun membuatku merasa lebih tenang dan percaya diri. Aku sadar bahwa aku harus bisa membuat diriku sendiri bangkir. 

Diriku sendirilah yang dapat mengubah nasibku. Dan aku harus meyakinkan diriku sendiri.

Sehebat apapun orang lain. Yang dapat meyakinkanku adalah diriku sendiri. Dirikulah yang paling tahu kemampuanku.

Dirikulah yang tahu batasku. Dirikulah yang paling dekat denganku. Kuncinya adalah percaya dan yakin.

Ketika banyak masalah datang. Ketika diriku sedang frustasi. Aku memilih untuk sendiri dulu. Aku mengistirahatkan fisik dan mentalku. 

Aku ingin sendiri namun aku pun ingin disemangati. Akhirnya diriku pun berbicara kepada diriku sendiri. 

Sederhana. Dan kadang orang lain menganggap ini aneh. Tapi diriku tidak peduli.

Yang aku pedulikan adalah kesehatan mentalku. Karena aku sayang dengan diriku senditi dan itulah caraku untuk self healing.
Share:

Sunday, 28 November 2021

29 November 2021

Genap sudah 1 bulan tanpa interaksi. Bukannya malu, tapi memang aku tak mau. Untuk apa melanjutkan hubungan yang diriku sendiri sudah tidak ada perasaan?. 

Dan aku sudah muak dengan keadaan ini yang memicu kekhawatiran dimana-mana. Maka kuputuskan hari ini untuk benar-benar mengakhiri. Seperti rencanaku sebelumnya, pesan ini kukirimkan lewat email.

Sudah lama kita tak berjumpa dan menjalin interaksi. Semoga kamu bahagia dan sehat selalu serta dimudahkan segala urusannya.

Terus terang berat rasanya menulis ini. Tapi jika tidak diselesaikan akan membuat anomali semakin lebar. Dan membuat hati semakin tak karuan. 

Beberapa waktu lalu aku telah mengungkapkannya, tetapi kamu menolaknya dan tetap teguh pendirian. Maka dengan adanya surat ini, dengan berat hati aku tegaskan, bahwa aku menyelesaikan hubungan ini. Mohon maaf juga aku tidak bisa bertemu langsung.

Kulipat kalimat sajak kepadamu agar ucapku tak jadi serapah. Kias-kias kukikis habis serpihan yang menumpul - agar tak melukaimu lagi. Lukamu perkara lukaku.

Lalu bagaimana Alliya?

Kita tak pernah terpatri atau katamu sempat dalam sempit masa yang salah termaknai. Kita yang pura-pura bernapas dari paru-paru penuh sesak asap dalam desak himpit yang salah asumsi.
Kau yang teramat, maafku bukanlah sesuatu yang menyembuhkan kepergian.  

Lalu bagaimana Alliya?

Kau dan aku, bisakah kita sembuhkan? Mungkin jawabnya ada didalam bisumu selama ini.
Dan aku rasa harus berhenti. 

Aku yakin sebab aku belajar banyak hal dari apa yang telah kulalui. Seperti matahari yang terbenam, klise menyebutnya senja. Orang menikmatinya dan mendadak puitis. Seperti itulah perasaanku kepadamu. Tenggelam. Perlahan memudar menjelma malam. Aku menikmatinya, berat memang. Dan menghilang.

Ya inilah hidup. Banyak hal-hal absurd tak terduga dan harapan-harapan yang pupus. Beruntung kita dilahirkan sebagai manusia. Yang masih memiliki akal sehat bagaimana menyikapi segala kemungkinan hidup yang akan kita hadapi. 

Tetes air hujan tidak pernah mengeluh untuk selalu jatuh. Memang air itu mati rasa dan lalu menghilang. Sama seperti sebuah hati, yang semakin lama semakin hilang rasanya kerena harus selalu bangkit dari lara. 

Bukan perkara bagaimana semua hal indah dapat kembali lagi. Tapi, semua itu tentang bagaimana kita tidak membentuk masalah itu lagi dan lagi.

Ku katakan pada diriku "aku baik-baik saja". Sesering itu kukatakan dalam hati, yang tidak punya telinga melainkan rasa sendiri. 

Coba lihat, dengar, rasakan. Ada apa denganku? atau kamu? Apa ini ulah semesta? atau sugesti dari sebuah logika?

Jika kusalahkan diriku sendiri, hatiku yang merasa kalau aku benar. Jika kusalahkan dirimu, mulutku bisu dan kaku tapi tak membiru.

Apa aku harus pandai menulis untuk menjelaskan sebuah alasan? Atau aku harus pandai bersandiwara untuk bisa berpura-pira?

Jadikan sebuah makna menjadi suatu pembela. Lupakan apa yang sudah tenggelam dan hilang. Namun masa demi masa untuk sekedar tahu bagaimana kita. 

Kelak, waktu yang akan menjawab, untuk apa kita, bagaimana kita, sampai mana kita.

Cukup Tuhan yang berikan jalan. Cukup hati yang merasakan. Cukup menunggu untuk sebuah ketetapan.

Aku juga ingin meluruskan. Apapun yang terjadi setelah ini. Jangan menyalahkan dan membenci orang lain. Cukup salahkan dan benci diriku. Karena apa yang telah kita lalui hingga hari ini adalah urusan kita berdua. Tidak ada campur tangan orang lain. Bukan Sisil, bukan Anabele, bukan Salwa, bukan Icha, bukan Ria, bukan pula komisariat. Cukup salahkan dan benci diriku!

Perihal jodoh, itu sudah ada yang mengatur. Setidaknya aku tetap bersyukur karena telah mengenalmu. Pernah menjadi bagian dari hidupmu. Pernah menjadi sesuatu yang kamu sebut bahagia. Aku bersyukur pernah memiliki kesempatan itu bersamamu.

Dan akhir kata. Selepas ini, semoga kita bisa menjalin pertemanan sebagaimana biasanya. Sekalipun kamu membenciku atau bahkan memblokirku. Aku tidak akan mempermasalahkan itu. Aku tetap menganggapmu sebagai Alliya Safitri yang pernah kukenal. 

Sekali lagi aku meminta maaf kepadamu karena belum bisa menjadi pribadi yang baik. Belum bisa menjadi sosok yang patut dicontoh dan dipertahankan. Hingga meninggalkan dosa yang teramat besar kepadamu. Sekali-lagi mohon maaf.

Tak lama kemudian dia menelponku dan mengajak bertemu langsung. Sempat ragu namun aku harus berani mengambil keputusan. Meski penuh haru, namun akhirnya selesai sudah. 




Share:

Saturday, 27 November 2021

28 November 2021

 Ada beberapa hikmah yang bisa kudapat dari Rapat BPH hari ini.

Terima kasih untukmu yang sudah tumbuh tanpa banyak mengeluh. Kamu yang sadar bahwa mengeluh tidak akan mengubah banyak hal. Kamu fokus untuk bertumbuh. Mengubah apa yang bisa diubah. Memperbaiki apa yang bisa diperbaiki.

Kamu sadar bahwa berjuang itu satu paket dengan rasa lelah. Kamu berusaha yang terbaik setiap harinya. Itu melelahkan, pasti. Tapi kamu lebih memilih untuk lekas rehat dan pulih.

Terima kasih untukmu yang sudah berjuang keras setiap hari. Memilih untuk lelah. Memilih untuk keluar dari zona nyaman.

Tetap bayangkan versi terbaik dari dirimu. Aku yakin, dirimu akan mampu mewujudkannya.

Apa yang menjadi komitmenmu hari ini, semoga bisa ditepati kedepannya ya Ria. Kuncinya tenang dan kuasai keadaan.

Share:

Tuesday, 23 November 2021

24 November 2021

Masih adakah sikapku yang berlebihan?

Menyentuh kulit pun sudah kuhindari. Walau aku masih bingung kenapa alasan bukan muhrim hanya berlaku kepadaku saja.

Berduaan? Hanya ketika internaliasasi saja. Tidak lebih.

Khawatir? Memang masalah klasik yang akan terus membentengi diri sendiri.

Sepele memang, tapi dampaknya begitu luar biasa.

Tapi kurasa sebisa mungkin menghindari drama yang tidak perlu. Menjaga hubungan baik kepada siapa saja. Menyederhanakan apa yang bisa disederhanakan. Memperbaiki apa yang bisa diperbaiki. Memilih untuk hidup tenang dan apa adanya. 

Tapi untuk kamu, kurasa berbeda. Kamu istimewa dan penuh harapan yak.

Share:

Friday, 19 November 2021

20 November 2021

Malam ini cukup menarik karena aku merasa mendapatkan peran dalam Kajian Sex dan Gender. Usai kajian sebenarnya ingin ikut kunjungan bersama kader-kader lain ke DAD Supremasi di Batu, cuman ternyata Ria sudah bersama Ellen. 

Akhirnya ku urungkan niatku. Toh aku kemarin juga sudah kesana. Aneh juga melihat respon Ria hari ini. Aku juga tidak mungkin memaksakan. Melawan ego adalah jalan terakhir, sekaligus paling menyakitkan. 

Tak berselang lama kuputuskan untuk mengajak ngopi Salwa. Sudah sebulan aku berjanji mengajaknya ngopi. Maklum tak banyak kader komisariat yang tau kalo Salwa sudah di Malang. Dia juga berjanji akan kembali aktif di komisariat. Semoga saja janji itu ditepati.  


Share:

Friday, 12 November 2021

13 November 2021

Langit mendung bulan November. Kaki melangkah. Menembus gerimis malam. Berbaris untuk mendapat angka. Ketukan palu di pangku pesakitan. Tak ada satupun keceriaan. Terlihat di bawah atap komisariat. 

Seperti takdir yang panjang dan pedih. Dalam hidup yang muram dan letih. Aku masih disini. Aku duduk menanti. Hanya menanti. Tak bergegas mencari. Hanya bersedih. Dalam sunyi. Duduk menanti dalam letih mimpi

Dan tak pernah ku bayangkan. Sebelumnya akan duduk melingkar di tempat ini. Cangkir jatuh pecahnya lukai haitku, kata Romi and The Jahats. Aku terjebak dalam cairan alkohol. Bersama mas Yogi aku berbagi cerita runyamnya kehidupan ini. 

Pada jagad aku mohon mudahkanlah urusanku. Pada langit aku minta ringankanlah beban pundakku. Pada angin aku mohon angkatlah semua rasa duka. Pada air aku harap padamkanlah semua masalah hati. Pada hati aku minta jangan berkobar dalam kekacauan. 


Jaga tetap lurus langkahku. Maha Esa aku minta. Jawablah doa dan harapanku. Kabulkanlah ikhtiar dan tawakkalku. 

Maafkanlah aku yang belum bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Sekali lagi mohon maaf. Andaikata semua berjalan seperti biasa, aku tak akan terjatuh dalam lubang penuh dosa ini. 

Sekali lagi mohon maaf, yak.

Aku merasa gagal menjadi seorang kabid.




Share:

Thursday, 11 November 2021

11 November 2021

Beribu maaf untuk malam ini yang membuat kita jatuh ke dalam kubangan dosa. Semoga ini yang terakhir dalam perjalanan ini. Mari berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Sekali lagi maaf.

- -

Sengaja kutinggalkan tanggung jawabku sebagai organisatoris untuk sekedar menjalin silaturahmi dengan beberapa saudara yang kebetulan sedang di Batu. Jujur aku kesulitan mengatur waktu untuk keluarga, organisasi, kuliah dan teman. Runyam memang. Tapi ya beginilah keadannya. 

Share:

Monday, 8 November 2021

8 November 2021

Kepribadianku membingungkan orang
Aku sangat menikmati kesendirian
Tapi aku juga ramah dan sosial
Kadang aku pendiam
Kadang aku berisik
Terkadang aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan
Terkadang aku blak-blak an
Aku membaca energi dan menyesuaikan.

Siang ini aku tenggelam di tengah lautan buku perpustakaan kampus. kuajak Ria namun dia berhalangan. Kunikmati kesendirian ini bersama bait-bait yang merusak mata. 

Maaf, aku akan terus berlari sejauh dan semampuku. akan kuajak semua untuk ikut berlari bersamaku. aku tak akan menghentikan langkah sekalipun yang lain mulai melambat. 

Aku adalah pemain utama, bukan yang lain.
Share:

Thursday, 4 November 2021

5 November 2021

Entah gerangan apa yang terjadi hari ini. Akhirnya aku bisa menikmati kopi berdua dengan Ria, di Continental. Rencana yang gagal kemarin jujur membuatku patah arang. Meskipun aku sempat bertemu sebentar dan menyampaikan keluh kesahku, kurasa masih belum cukup untuk ukuran quality time.

Setidaknya sore ini aku bisa menyampaikan apa yang kurasakan selama ini, meski tidak direspon dengan baik. Aku mencoba terbuka dan jujur, meski tidak dibalas dengan hal yang sama.

Semua terjadi begitu cepat, hingga aku lupa apa yang terjadi sore ini. Terpaksa, mungkin. Tapi entahlah.

Aku hanya ingin menyampaikan pesan. Singkat. Kehidupan di dunia sungguh rumit. Aku tidak ingin menyerah. Aku tidak sepengecut itu.

Jikalau hal yang kudambakan memang tidak sesuai takdir. Aku hanya minta tolong supaya mendampingiku hingga semua ini berakhir. 
Share:

4 November 2021

Untukmu dengan tolakan halus yang membuatku terdiam. Untukmu dengan kekhawatiran akan persepsi liar orang lain. Untukmu yang semoga tetap sehat dan diberkati Tuhan.

Untukku dengan segala rencana yang tak terjalankan sore ini. Untukku dengan segala keluh kesah cerita yang menguap dengan sendirinya.

Jangan diratapi. Jalani saja seperti biasa. Masa sulit ini akan menempa kita menjadi apa. Semoga bukan keterpaksaan. Pura-pura aman tidak kelaparan. Bukan cuman sekali. Yang kita perlukan sekarang, pertahanan dan harapan. 

Di batas kesanggupanku. Ku sembunyikan segalanya. Semoga saja ada hal berguna dariku yang bisa kuwariskan. 

Maafkan aku malam ini yang harus merawat kebiasaan lamaku. Bersenandung riang bersama kawan karib ku dulu. Hasbi dan Zakka beserta kawan-kawan kontrakannya. Capitol ternyata tak seburuk itu. Selamat bersua kembali air kejujuran.




Share:

Wednesday, 3 November 2021

3 November 2021

Sesuai dugaanku. Muncul persepsi beragam dari beberapa orang akan hubunganku dengan Ria. Entah dinilai sebagai kedekatan emosional bidang. Atau bahkan terkesan overlap bagi beberapa orang. 

Miris memang. Satu-satunya jajaran yang kupunya. Yang harus kudampingi hingga akhir masa jabatan. Berita seperti inilah yang membuat sekat imajinatif di antara kita. Meski aku selalu berpikir positif di hadapan kenyataan yang terjadi. Tapi ketika Ria berpikir sebaliknya, rumit sudah. Atau mungkin memang benar seperti itu yang dipikirkannya hingga mencoba menjaga jarak dengan aku akhir-akhir ini?

Padahal seorang kabid tidak hanya memiliki tugas sebagaimana yang tertera dalam Tanfidz. Banyak tanggung jawab yang tak tertulis disana.

Entah aku hanya dianggap sebagai seorang kabid atau apapun itu. Semoga ikhtiar dan tawakkal ku bisa menjadl sesuatu yang berharga bagi kita bersama. 

Share:

Monday, 1 November 2021

1 November 2021

Tidak secerah pagi biasanya. Mendung kelabu menyelimuti langit. Udara dingin menghujam tubuh lemah ini. Bait demi bait terlontar dari pribadi-pribadi yang bersalah. Pendampingan dan pola komunikasi masih saja menjadi evaluasi. Seolah jatuh di lubang yang sama. Gali lubang tutup lubang.

Waktu yang bergulir begitu cepat mengantarkan kita di hari terakhir Darul Arqam Dasar. Apresiasi yang tinggi bagi semua yang terlibat. Jihad dalam berproses memang bukan jalan yang mudah. Perlu banyak hal untuk dikorbankan. Tapi percayalah buah ilmu yang kita petik dari perjalanan ini akan bermanfaat bagi semuanya.

Meski aku lebih banyak bertapa di ruang sekret. Tapi setidaknya hal itu yang kupilih di tengah kemarutnya isi pikiran dan hati. Mungkin aku harus menghilangkan sifat perasa. Sulit. Akan sangat sulit. Profesionalitas tetap menjadi norma yang harus dijunjung tinggi. Akan tetapi juga tidak mungkin berdusta terhadap diri sendiri.

Hari-hari berjalan singkat dan melelahkan. Rasa capek yang layak untuk dinikmati. Terima kasih semuanya. 

Dan yang cukup ku sesali, gagal mengabadikan momen bersama Ria. Sempat menolak, walaupun akhirnya luluh. Aku termakan ego untuk mengajaknya berfoto di akhir sesi. Entah mengapa selalu aku yang harus memulainya. 

Andaikata terbalik, sungguh akan sangat membahagiakan.


Share:

Tuesday, 26 October 2021

27 Oktober 2021

Kopi di gelas telah mendingin.
Matahari pun juga telah tinggi.
Ku masih duduk di ruang tengah.
Diam ku pikiran tak lagi satu
Ratusan suara meminta ku.

Lagi-lagi perkara sudut pandang.
Rel yang lurus pun terlihat miring. Tergantung sudut pandang.
Gajah yang besar pun terlihat kecil.
Tergantung sudut pandang.

Sudah kubilang dari dulu.
Pandai saja tidak cukup.
Kita tak sedang mengikuti olimpiade.
Tapi kita sedang berjuang. Bersama.

Bersama manusia. Bersama orang lain yang satu tujuan dengan kita. 

Maka sudah menjadi konsekuensi agar kita menjadi lebih dewasa. Contohnya sederhana: bersikap bijak dengan karakteristik setiap orang. Ataupun tidak tergesa-gesa dalam menyimpulkan sesuatu yang masih abstrak.

Sederhana walaupun sulit.  Absurd bukan. 

Maka tak heran kalau Farid Stevy pernah menulis: berjalan tak sesuai rencana adalah hal biasa, maka jalan satu-satunya adalah jalani sebaik-baiknya. 
Share:

Saturday, 23 October 2021

24 Oktober 2021

entah mengapa kamu tak paham-paham. atas bahasa yang ku ucapkan. padahal kata demi kata ku susun sederhana. mungkin kamu terlalu lama terperangkap. di pagar imajinasi yang terbangun liar. hingga diksi-diksi terasa asing dan ganjil. sebuah pemberian bukanlah tanpa arti. ada keinginan tulus dibalik itu semua. mungkin sejenis suap, tapi untuk hal yang baik

maka terimalah. 

tak peduli mau diapakan kemudian, sikap untuk menerima dan mengucapkan terima kasih merupakan timbal balik yang membuatku bahagia

jikalau berdua terasa sulit dan rentan menimbulkan fitnah, bertiga pun tak jadi masalah. aku berjalan sendiri pun juga tak jadi masalah. karena ku kira memang itu yang harus dilakukan. 

untuk apa memaksa hal-hal yang memang tidak diinginkan. meski begitu, dibalik sikap diam dan dinginmu. kuharapkan doa dan dukunganmu selalu. demi Tuhan ku akan sangat rindu semeja

Share:

23 Oktober 2021

yang melepaskan pergi
yang terlepaskan hari terakhir bermatahari
suatu saat nanti
nanti atau kini

coba letakkan diri

dan serahkan hati ini bahwa
mereka yang tercinta pasti pergi
di balik payung hitam ini
di balik awan hitam nanti
selama masih bermatahari
hitam kan menagih janji

dan mereka yang telah pergi
mungkin takkan pernah kembali
tiada sampai sejati
menghilang karna terbagi
mereka yang telah berjanji
suatu hari akan kembali
hadir utuh sepenuh hati
slama tak terbagi
kamis pun terbuang
siang berubah remang
usang harapan
kau kan tetap terbilang

Share:

Thursday, 21 October 2021

21 Oktober 2021

Malam Kamis kelabu. Menikmati serangkaian aksara yang berasap. Mencoba memulai ruang dialektika yang penuh substansi. Berjalan. Hanya sebentar. Setelah itu entah ke langit mana. Semua terjadi begitu cepat. Bahkan sebatang rokokku pun belum sempat habis.

Kejadian seperti ini adalah hal biasa. Setidaknya pernyataanku di awal berdasarkan pengalaman yang kualami selama berproses dengan Ria. Mungkin terlalu polos, hingga mudah terombang-ambing. Atau memang tidak ada ketertarikan untuk saling belajar. Atau mungkin keberadaanku hanya "seolah-olah".

Saling terpental dan mencari tempat hinggap sendiri-sendiri. Hingga salah satunya gugur tanpa kabar. Tidak ada pemberitahuan. Tanpa sampai jumpa. Semua terjadi begitu cepat. Perlengkapan perang pun tersisa. Mungkin sengaja untuk meninggalkan jejak.

Hingat bingar hampa. Dalam tempo yang semakin melambat. Sebulan tertukar dengan lari paksa rutinitas. Saatnya tanggalkan baju perangmu. Sandarkan tubuh lelah lemah. Sandarkan dulu. 


Share:

Sunday, 17 October 2021

18 Oktober 2021

Takut akan fitnah. Kabar burung yang kian santer terdengar. Profesionalitas yang menjadi taruhannya. 

Sejak memulai berproses, setidaknya keadaan seperti ini yang selalu kualami. Tergiring narasi romantisme perkaderan dari khalayak umum. Walau mungkin aku yang sengaja memantiknya.

Tapi kurasa untuk yang satu ini berbeda. Semakin tua makin malas rasanya berpacaran. Mungkin sudah saatnya berpikir untuk jenjang yang lebih serius. Jika  Tuhan berkenan. Amin
Share:

Saturday, 9 October 2021

10 Oktober 2021

Hari terakhir Darul Arqam Dasar. Masih cukup terjaga dengan jam tidur yang begitu berantakan. 

Rasa capek yang menumpuk mungkin membuatku sedikit sensitif. Bahkan fatalnya sampai membuat beberapa instruktur tenggang rasa kepadaku. Tak terkecuali orang yang kudampingi.

Mungkin inilah suka duka menjalani proses. Kadang berada diatas dan berteriak lantang, kadang pula berada dibawah dan merasa jenuh. 

Meski hari ini sedikit kacau, tapi pantang menyerah sampai detik terakhir merupakan suatu hal yang patut diapresiasi. Terima kasih instruktur 2021 yang tetap konsisten mengawal proses sakral kali ini. 

Nasib kita sama, terpenjara dan tak berdaya. Hanya doa yang kita punya. Lancangkah aku meminta. Agar kalian tak putus asa. Tetaplah berjuang hingga berbunga. Umpama takdir tak memihak. Roda nasibpun tak bergerak. Tetaplah lestari memperjuangkan adicita kita bersama. 

Acuhkan saja sikap mereka yang tak pernah tahu apa yang kalian rasakan. Pengorbanan kalian tegak jadi peneduh. Nilai harga diri kalian menjadi tak terangka.



Share:

Friday, 8 October 2021

9 Oktober 2021

Menatap ruang kosong, gelap dan juga hampa. Jalan pikiran bagai perang Puputan Margarana. Melukis bayang paras luka tanpa nada. Sebenarnya aku yang malang. 

Perhatianku pun ternyata hanya angin lalu. Tak begitu banyak feedback yang positif. Tak ada keceriaan. Tak ada apresiasi. Tak ada inisiatif aktif untuk memulai obrolan ringan.

Tidak ada obrolan terkait masalah hidup. Tidak ada obrolan terkait keluh kesah. Tidak ada obrolan terkait hal-hal selain organisasi. Jikalau ada, akulah yang memulai. 

Mungkinkah aku yang terlalu berharap untuk diberikan feedback? Atau mungkin aku hanya dianggap sebagai sosok Ketua Bidang dan Master of Training? 

Aku tak menampik kalo dengan sengaja memberikan privilege kepadanya. Ya begitulah perjuangan dan pengorbanan. Semoga bisa menjadi support moril dan materil dalam berproses di Ikatan. Akhir kata, akan kukutip sebuah catatan pendek: 

Namanya hidup, ngga ada yang ngga pernah menghadapi suatu masalah dan takdir yang telah ditetapkan buat mereka. 
Karena terkadang, suatu permasalahan dapat merubah sesorang menjadi lebih dewasa, dan membuat seseorang yang masa bodoh merasa lebih peka terhadap hidup dan lingkungannya.
Itulah kehidupan, tidak ada manusia yang bisa terlepas dari sebuah masalah.

3 September 2020




Share: