Friday 18 November 2016

Dutch Disease

Hmm, disini saya bakalan kasih tau temen-temen mengenai salah satu penyakit yang luar biasa hebatnya, saya tau penyakit ini dari salah satu artikel yang saya baca di internet, namanya adalah Dutch Disease. 

Secara umum, terdapat beberapa terminologi yang menunjukkan natural resource curse atau kutukan sumber daya alam. Salah satunya adalah Dutch Disease atau yang sering disebut sebagai “penyakit Belanda” yang pernah dialami oleh Belanda. Terminologi ini pertama kali diperkenalkan oleh The Economist pada tahun 1997 untuk menjelaskan penurunan di sektor industri manufaktur di Belanda setelah penemuan sumber gas alam besar di tahun 1959.

Dutch disease
 merupakan suatu konsep yang menunjukkan hubungan antara peningkatan eksploitasi sumber daya alam dengan penurunan kompetitivitas sektor industri. Kegiatan eksploitasi dan ekspor sumber daya alam besar-besaran di suatu negara akan mendorong apresiasi nilai tukar mata uang negara tersebut. 

Apresiasi nilai tukar tersebut akan berdampak pada menurunnya daya saing ekspor barang yang dihasilkan sektor produksi lain, selain sektor ekstraktif sumber daya alam, dalam hal ini sektor industri atau manufaktur negara tersebut. Dengan kata lain, secara tidak langsung fenomena natural resource curse dan Dutch disease telah menjadi salah satu penyebab terjadinya deindustrialisasi di negara yang memiliki sumber daya alam melimpah.
Kalau berbicara sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara, pasti memiliki kaitan yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara teori akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena negara-negara di dunia yang kaya akan sumber daya alamnya seringkali merupakan negara dengan tingkat ekonomi yang rendah dan bahkan miskin.
Hal ini disebabkan negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari hasil alam memiliki kestabilan ekonomi dan sosial yang lebih rendah daripada negara-negara yang bergerak di sektor industri dan jasa. 

Di samping itu, negara yang kaya akan sumber daya alam juga cenderung tidak memiliki teknologi yang memadai dalam mengolahnya. Korupsi, perang saudara, lemahnya pemerintahan dan demokrasi juga menjadi faktor penghambat dari perkembangan perekonomian negara-negara tersebut.
Namun, dari segi tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara tersebut cenderung lebih rendah, jika dibandingkan dengan negara lain yang justru tidak memiliki sumber daya alam. Hal ini umumnya terjadi di negara-negara berkembang, seperti di negara-negara miskin di benua Afrika, Asia ataupun Amerika Latin. 

Misalnya, kasus yang dialami Nigeria yang memiliki kekayaan sumber daya alam berupa minyak bumi, Republik Kongo yang memiliki sumber daya alam berupa intan, dan Pantai Gading yang memiliki sumber daya alam berupa coklat.



Umumnya, negara-negara berkembang tersebut mengeksploitasi sumber daya alamnya secara intensif dan menggantungkan sumber pendapatan per kapitanya dari ekstraksi sumber daya alam tersebut. Kegiatan ekstraktif tersebut biasanya tidak melibatkan penciptaan nilai tambah yang besar karena hanya dilakukan sebatas mengekspor sumber daya alam sebagai bahan baku. Selain itu, kegiatan ekstraktif dan eksploitasi secara berlebihan akan mengancam keberlanjutan dari pembangunan ekonomi karena cepat atau lambat sumber daya alam itu bisa habis sama sekali.

Lalu, apakah Dutch Disease juga melanda Indonesia ? yups, bisa dilanjutkan di tulisan saya Menyundul Indonesia

Regards from perspekter

Share:

0 comments:

Post a Comment