Teringat masa kecil dulu. Bermain dan bersahabat dengan alam. Hamparan sawah yang luas. Alang-alang yang tumbuh tinggi. Aliran jernih sungai Brantas. Percikan air terjun Torong. Suara 'engkes' di sore hari. Sarang 'undur-undur' di pijakan tanah. Udara dingin yang menusuk hati.
Aku membayangkan Tadabbur Alam seperti nostalgia masa kecil dulu. Bergulingan di rumput. Pemandangan lembah dan pegunungan. Hijau nan asri. Diselimuti kabut dataran tinggi. Aku kira dusun Giripurno tak jauh beda dengan kondisi kampung halamanku. Dulu.
Pembangunan yang berlebihan membuat kampung halamanku berubah. Sejak aku pulang dari tanah rantau, tembok dan beton bertebaran dimana-mana. Ladang padi dan sawi semakin terkikis. Debit sungai mulai mengecil. Air tak sejernih dulu. Semua berubah. Seiring melesatnya waktu. Dan serakahnya manusia.
Aku sangat bersyukur bisa ikut Tadabbur Alam. Walau disisi lain aku tidak mendapatkan substansi apa-apa. Minimal aku sanggup bernostalgia dengan kenangan dulu.
Tepat hari ini pula Befi menunjukkan gelagat yang tak biasa. Benar-benar slowrespon. Selama 24 jam ia hanya membalas chatku 3 kali. Bukannya aku menaruh harapan. Hanya saja aku merasa ada yang aneh semenjak tersebar gosip di komisariat. Kabar burung yang justru membuat orang menjadi down.
Aku berpikir ia telah mendengar kabar tersebut. Sehingga ia perlahan namun pasti meninggalkan pelabuhan. Berlayar entah kemana. Dengan bekal dan kompas seadanya. Jauh dari radar dan menghilang. Aku benci dengan kata 'menghilang'. Tak jadi masalah jika ia berlayar mengarungi samudera luas, tapi ketika hilang dari jangkauan mercusuar tak bisa kubiarkan.
Saat matahari terbenam aku turun ke Malang untuk menjemput Anabele. Tak kusangka ia benar-benar menepati janjinya. Padahal sebelumnya aku ragu ia akan kembali ke Malang dan ikut Tadabbur Alam. Tapi keraguanku patah. Dia terlalu hebat. Sepanjang perjalanan kami bercerita panjang lebar. Mulai dari permasalahan pacarnya, hasil akhir kuliah, dan rencana beberapa hari kedepan.
Hari ini benar-benar ambigu. Antara sedih dan bahagia. Namun biasa saja.
0 comments:
Post a Comment