Tuesday, 28 January 2020

28 Januari 2020

Selama ini gunung yang pernah kudaki secara serius hanyalah Gunung Panderman. Dan hari ini aku akan kembali menaklukkan gunung tersebut bersama Icha, Muthim dan Rambu. Sebenarnya aku juga mengajak Anabele, hanya saja ia tak mendapatkan izin dari orang tuanya.

Gunung Panderman tak terlalu tinggi, namun medan pendakiannya tergolong sulit. Pasir, bebatuan, jurang, tanah yang licin, dan dinginnya udara Kota Batu menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Kami hanya membawa satu tenda, dan jujur, aku memang tak terlalu suka membawa barang yang banyak ketika ke gunung. Selain berat, aku juga tak ingin terlalu direpotkan.

Shubuh tiba kami sudah sampai di puncak Panderman. Cukup sepi, tidak seperti suasana terakhir ketika aku mendaki kesini. Tidak menunggu lama kami langsung mendirikan tenda dan beristirahat sebentar sembari menunggu fajar menyinsing. 

Ketika warna kemerahan telah muncul di sudut Timur, kami bangun dan bersiap-siap untuk memasak mie sebagai asupan sarapan pagi ini. Namun sial, beberapa menit kemudian kami diserbu oleh gerombolan monyet. Mereka datang tiba-tiba dengan jumlah yang cukup banyak. Mencuri semua persediaan kami. Kopi, mie bahkan rokok Halim dengan cepat dirampasnya.

Aku baru pertama kali melihat monyet di Gunung Panderman. Karena pengalamanku sebelumnya tidak ada monyet di gunung ini. Aku kaget dan rela tidak sarapan pagi karena stok persediaan yang ludes disikat gerombolan monyet.

Pukul 9.30 kami memutuskan untuk turun gunung karena sudah tidak kuat menahan lapar. Sepanjang perjalanan turun, kami masih harus berhadapan dengan kawanan monyet yang mencegat kami. Padahal kami sudah tidak punya makanan lagi. 

Setidaknya hari ini kami sudah di invasi oleh tiga jenis binatang. Pertama cacing-cacing berukuran besar ketika kami menuju ke puncak, lalu kawanan monyet pencuri, dan terakhir sekoloni tawon yang menghantui kami selama perjalanan turun kebawah.

Pengalaman yang menegangkan. 
Share:

0 comments:

Post a Comment