Cukup sudah 6 hari kita lewati. Tanpa alat elektronik. Tanpa rokok. Dan tanpa pelukan hangat orang tua. Hanya bermodalkan badan dan kelengkapan pakaian. Dengan aturan cara berbusana yang njlimet dan otoriter. Pasrah dan sabar. Satu-satunya cara agar bisa bertahan di rusunawa UMM
Awal memang tidak selalu baik. Tidak kenal teman sekelas dan sekamar. Malu-malu atau bahkan memalukan diri sendiri. Tapi hidup akan terus berproses. Dari datang akan pergi. Tak kenal akan jadi sahabat. Yang malu akan jadi berani. Yang diam akan bersuara. Yang malas akan jadi rajin.
Aku juga ingin bercerita tentang teman-teman Al Kindi. Tidak semua. Nanti terlalu panjang. Aku sedang tidak membuat novel kok. Hanya testimoni singkat.
Yang pertama adalah Raendra. Partner duduk ku ini aslinya Kalimantan. Tubuhnya besar dan berisi, suaranya juga lantang. Aku sempat mendengar cerita tentang keluarganya, yang dimana aku tak sanggup lagi untuk mendengarkan lagi dan memikirkannya. Air mataku hampir menetes kala mendengarnya.
Lalu ada Eko. Putra daerah Tuban ini juga partner duduk ku. Berperawakan kecil namun sangat cekatan. Dia juga pernah menimba ilmu di pondok pesantren. Pemahaman agamanya juga tak perlu diragukan lagi. Mashok Pak Ekooo
Kemudian Wisnu dan Isal. Duo Kalimantan ini dulunya satu SMA. Dan sekarang malah satu universitas. Ya bisa dikatakan teman untuk selamanya lah. Mereka adalah tipe orang yang absurd. Tingkahnya tak terduga namun cocok untuk ditertawakan.
Rey from Bali. Orang yang gatau waktu dan tempat ini adalah sumber ketawa masyarakat kelas. Perilakunya ga bisa di nalar. Kalem tapi nyebelin. Gila dah pokoknya. Dan dia paling suka tih gangguin Elva di pojokan kelas.
Dan ada Budi. Ya lelaki bertampang ustadz ini adalah teman sekelas sekaligus sekamar ku. Yang paling aku ingat adalah ketika dia kalah maen TOD, kemudian dia ditanya siapa idola di kelas Al Kindi. Dia menjawab aku adalah idolanya. WTF. Unbelieved wgwgwg.
Bergeser ke bagian kaum Hawa. Ada si Dina. Dia adalah tipe mak-mak rempong. Cerewet dan menggelikan. Dia punya ribuan cerita yang bisa dikisahkan. Seakan-akan telah melewati asam garam kehidupan yang panjang ini.
Lalu ada wanita penggerak kelas. Yups, si El dan Rizka. Sebenarnya Dina juga, eh bukan sih, dia adalah pembakar kelas. El dan Rizka cukup aktif di kelas. Sampai-sampai suaranya habis gegara terlalu banyak bicara.
Dan yang terakhir adalah Salsa. Menurutku, dia adalah tipe manusia yang jarang aku temui. Mripatnya itulohh. Masya Allah. Bundar, terang dan jernih. Eh tapi usut punya usut. Dia make softlen. Gapapa sih, yang penting dipandang tuh nyenengin.
Apalagi kalo pas dia lagi ketawa. Keliatan nggemesin, lah ga nggemesin gimana wong pas ketawa tuh gigi atas sama gigi bawah nempel. Mringis gitu. Jarang-jarang orang kalo ketawa ngakak sambil mingis. Udah cantik, hemat bicara lagi wgwg
Sebenanrnya masih ada lagi yang lain. Aldi, Opik, Puput alias Putra, Aji, Dimas, Iqbal, Bugi, Rama, Hanif, Difa, Fabi, Shefana, Yola, Asfi, Amel, Chelsy, Lea, Elva, Ima dan Wanda. Lalu Trainernya Miss L dan Co-Trainernya Mbak Mitha dan Mas Wahid. Mungkin hanya Mas Wahid satu-satunya orang di Al Kindi yang mengetahui kisah kelamku dulu.
Kita memang diciptakan terikat namun bukan untuk saling
memiliki, melainkan bersama untuk saling melengkapi dalam menggapai mimpi. Kita
adalaah sang pejuang yang mempunyai cita-cita tinggi, atau mungkin daya khayal
yang tinggi.
Kekurangan kita jadikan kelebihan, dan kelebihan kita
jadikan kelemahan.
Kita pernah bermimpi berkelana ke ujung dunia, mencari
sebuah kata-kata untuk dijadikan sebuah kalimat atau dijadikan sebuah kenangan,
kita memang panjang angan.
Kita memang berbeda, tetapi kita tetap satu melawan
perbedaan itu dan melebur bersama, bersama matahari dikala terik, memandang
ombak-ombak yang bergulung di tepian pantai dengan santainya.
Kita tertawa sepuasnya, menertawakan dunia dari segala
hingar bingarnya, kita tertawakan kesedihan itu, kita lupakan pilu itu, hingga
kita lupa waktu.
Kata orang uang tidak ada saudaranya, tapi bagi kita uang
bukanlah segalanya. Bagi kita sahabat sejati adalah segalanya, materi bukanlah
segalanya bagi kita. Materi bisa dicari tetapi sahabat sejati tidak akan pernah
terganti selamanya.
- 28 Juli, Rusunawa UMM