Yogyakarta
atau biasa disingkat Jogja, adalah salah satu kota destinasi wisata utama di
Pulau Jawa. Mulai dari yang alam hingga buatan, tempo dulu hingga modern, murah
hingga mahal, semua tersedia di kota berlabel Bumi Mataram ini. Kota ini juga
dijuluki sebagai kota pelajar, karena hampir 20% penduduk produktifnya adalah
para pelajar dan memiliki lebih dari seratus perguruan tinggi. Jogja merupakan
kota yang diwarnai oleh dinamika pelajar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia,
karena Jogja memiliki rentang biaya hidup yang relative murah sehingga menarik
para pelajar untuk merantau ke kota kediaman Sultan Hamengkubuwono dan Adipati
Paku Alam ini. Disamping itu, di Jogja juga banyak didirikan lembaga pendidikan
baik negeri maupun swasta, sehingga hampir semua ilmu pengetahuan berkembang di
kota ini, baik ilmu-ilmu alam, ilmu pasti, ilmu kebudayaan dan ilmu kerohanian.
Selain dikenal
sebagai kota destinasi wisata dan kota pelajar, Jogja juga dikenal sebagai kota
budaya, karena hampir di seluruh penjuru kota Jogja, masyarakatnya masih tetap
mempertahankan tradisi-tradisi turun temurun dari nenek moyang, sehingga masih
sangat terasa suasana khas Jawa yang erat dengan nuansa mistis di kota ini. Dan
juga ada satu hal yang sangat istimewa dari kota ini, yakni etika dan adab para
warganya yang ramah dan sangat menghormati orang lain. Budaya seperti itu
merupakan asset yang berharga bagi kota Jogja dan Indonesia, maka akan sungguh
indah apabila dipertahankan dan dilestarikan.
Disalah satu sudut
kota Jogja, terdapat sebuah pondok pesantren yang berdiri megah, pondok
tersebut bernama Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang beralamatkan
di Jl. Let. Jend. S. Parman No 68, Patangpuluhan, Wirobrajan Yogyakarta.. Dan
disanalah kami bertiga berproses menimba ilmu. Pondok pesantren tersebut
didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan dan telah berumur hampir seabad. Pondok
pesantren ini menggunakan system boarding school atau sistem ber-asrama. Yang
dimana dalam system tersebut dimaksudkan bahwasanya para santrinya tidak
diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing, melainkan tinggal di asrama.
Dilihat dari segi
geografis, sangat kecil kemungkinan untuk memperlebar luas dari pondok
pesantren tersebut, karena kondisi disekitar pondok pesantren yang sudah banyak
berdiri gedung-gedung dan padat pemukiman penduduk. Sehingga hanya ada satu
jalan keluar untuk menyediakan asrama bagi pondok pesantren tersebut, yakni
membangun gedung asrama di lahan kosong yang ada disekitar area Madrasah Mu’allimin
Muhammadiyah. Dan notabene nya agak jauh dari gedung utama atau tidak berseberangan dan bersampingan langsung.
Dan karena asrama
tersebut terpencar-pencar di antara rumah warga, maka bila para santri akan berangkat
dan pulang belajar di Madrasah mereka harus melewati jalan-jalan di
perkampungan warga. Sebenarnya itu merupakan hal yang baik bagi para santri,
selain mereka dapat melihat area luar madrasah, mereka juga dapat berinteraksi
langsung dengan para warga sehingga terciptanya keharmonisan antar warga dan
para santri pondok pesantren. Dan sudah menjadi hal biasa, apabila para santri
melewati jalan-jalan tersebut, terkadang mereka kurang peka terhadap lingkungan
sekitar, sehingga masih saja ada para santri yang membuang sampah dijalan yang
mereka lewati. Tentu saja hal itu bisa membuat resah para warga dan dapat
menimbulkan stigma buruk terhadap citra pondok pesantren.
Berawal dari itu, kami
bertiga sadar akan pentingnya kebersihan dan kelestarian lingkungan, bukan
hanya di lingkungan internal madrasah saja, tapi juga lingkungan eksternal sekitar
madrasah yang dimana para santri juga menghabiskan waktunya di daerah tersebut.
Dengan kesadaran
tersebut, kami bertiga mencetuskan sebuah gerakan yang belum pernah dipikirkan
para santri Madrasah Mu’allimin selama hampir seabad. Gerakan tersebut kami
beri nama Reresik Tandang Gawe atau disingkat RTG. Yang secara Bahasa berarti
kerja bersih-bersih. Kegiatan ini mencakup seluruh santri Madrasah Mu’allimin
dengan menggerakkan mereka untuk berkeliling dan membersihkan setiap jalan dan
lingkungan yang dilewati santri ketika pulang dan pergi ke Madrasah.
Kegiatan ini
dilaksanakan pagi hari dengan megumpulkan seluruh santri Madrasah Mu’allimin
Muhamadiyah di lapangan asrama Muadz Bin Jabal B, mengingat lapangan tersebut
sangat luas sehingga sanggup menampung seluruh santri Mu’allimin. Setelah semua
terkumpul, kami bertiga dan 17 orang panitia lainnya memberikan briefing dan
pengarahan kepada para santri dan membaginya dalam beberapa kelompok agar ketika
RTG berjalan tidak bergerombol dan menumpuk-numpuk. Setelah terbentuk kelompok,
kami membagikan tas kresek berukuran besar kepada setiap kelompok untuk
dijadikan sebagai wadah sampah, baik sampah organic maupun non organic semuanya
menjadi satu.
Setelah semua
kelompok mendapatkan tas kreseknya masing-masing, kami memberangkatkan mereka
untuk berkeliling, kami mengambil 2 jalur yang berbeda agar kelompok-kelompok
tersebut tidak mengambil sampah dijalan yang sama karena secara otomatis sudah
diambil oleh kelompok lainnya. Jalur 1 melewati Jl. Let Jend S Parman, Jl.
Sadewa lalu kembali lagi ke lapangan asrama Muadz Bin Jabal B. Jalur 2 melewati
Jl. Pandawa lalu kembali lagi ke asrama lapangan Muadz Bin Jabal. Sesampainya
di lapangan, perkelompok diperbolehkan mengambil susu dan makanan yang telah
kami siapkan sebagai sarapan, dan juga dalam waktu tersebut dapat digunakan
sebagai waktu istirahat selagi menunggu kelompok yang belum datang.
Disaat para santri
menikmati sarapannya, kami selaku panitia memilih-memmilih tas kresek
perkelompok untuk dilihat siapakah kelompok yang paling banyak mendapatkan
sampah, karena kelompok dengan perolehan sampah terbanyak akan mendapatkan
reward dari kami, yakni berupa plakat bertuliskan The Best Participant.
Beberapa menit telah lewat dan kami lihat para santri sudah menyelesaikan
sarapannya, dan inilah sesi terakhir dalam kegiatan Reresik Tandang Gawe ini,
yakni acara penutupan, dalam kesempatan itu kami juga mengundang perwakilan
Madrasah untuk memberikan sambutan dalam penutupan RTG tersebut.
Sambutan yang
diberikan oleh Ust. Imam Hanafi selaku perwakilan madrasah sangatlah hangat,
beliau berharap agar kegiatan semacam itu dapat berjalan secara kontinuitas dan
menjadi agenda madrasah, dikarenakan apabila dijadikan agenda madrasah maka
otomatis madrasah akan memberikan dana untuk kegiatan tersebut. Sangat sayang
sekali apabila kegiatan mulia tersebut tidak mendapat sokongan dana, karena
selama ini kami panitia patungan untuk membeli perlengkapan RTG seperti tas
kresek, kertas minyak untuk makan dan sebagainya.
Selain sambutan
dari madrasah, dalam penutupan tersebut juga diserahkan reward kepada para
santri yang kelompoknya berhasil mengumpukan sampah terbanyak, dan peraih
reward tersebut adalah salah satu kelompok dari kelas 3 tsanawiyah. Mereka pun
terlihat senang dan bangga atas usaha dan prestasi mereka dalam kegiatan RTG
kali ini. Setelah penutupan selesai, para peserta diperbolehkan untuk kembali
ke asrama masing-masing dan menjalani rutinitas seperti biasanya.
Tapi kami dan
beberapa panitia masih tetap di lapangan asrama Muadz Bin Jabal karena ada satu
tugas lagi yang harus dilaksanakan, yakni membuang sampah-sampah tersebut ke
Tempat Pembuangan Akhir Wirobrajan. Kami melakukannya dengan penuh semangat
karena kami sadar bahwa kegiatan kami ini sangat positif dan apabila
melakukannya dengan ikhlas dapat memberikan pahala kepada kami.
Kami sangat
berharap kegiatan Reresik Tandang Gawe ini dapat berjalan terus, dari generasi
ke generasi, dari masa ke masa, karena hidup kita tak bisa terlepas dari
lingkungan, apabila lingkungan kita kotor, maka kita juga akan kotor, apabila
lingkungan kita bersih, maka kita akan bersih. Jangan sampai kita membuat marah
lingkungan akibat kelalaian ataupun kesengajaan kita untuk tidak merawat
lingkungan. Kami juga berharap Reresik Tandang Gawe ini tidak hanya
dilaksanakan di Mu’allimin saja, tapi juga di pondok-pondok lain, di
sekolah-sekolah lain.
Jika susah
menggerakkan satu sekolahan untuk membuat kegiatan yang mulia ini, mulailah
dengan diri sendiri, kemudian ajak kawan-kawan kita, dan insya allah satu
sekolahan bisa melaksanakan Reresik Tandang Gawe ini. Mumpung kita masih muda,
masih punya semangat yang membara, punya ide-ide yang cemerlang, jangan biarkan
tubuh muda kita hanya berdiam diri diatas Kasur, berduduk santai didepan TV,
ayo keluarlah, tunjukkan aksi nyatamu untuk bumi pertiwi ini. Indonesia butuh
perubahan kearah yang lebih baik, dan lingkungan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari arah perubahan Indonesia. Generasi muda, pasti bisa.
Didedikasikan untuk Social Youth Camp II