Friday, 28 October 2016

Aksi Nyata Santri Indonesia

Yogyakarta atau biasa disingkat Jogja, adalah salah satu kota destinasi wisata utama di Pulau Jawa. Mulai dari yang alam hingga buatan, tempo dulu hingga modern, murah hingga mahal, semua tersedia di kota berlabel Bumi Mataram ini. Kota ini juga dijuluki sebagai kota pelajar, karena hampir 20% penduduk produktifnya adalah para pelajar dan memiliki lebih dari seratus perguruan tinggi. Jogja merupakan kota yang diwarnai oleh dinamika pelajar  yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, karena Jogja memiliki rentang biaya hidup yang relative murah sehingga menarik para pelajar untuk merantau ke kota kediaman Sultan Hamengkubuwono dan Adipati Paku Alam ini. Disamping itu, di Jogja juga banyak didirikan lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta, sehingga hampir semua ilmu pengetahuan berkembang di kota ini, baik ilmu-ilmu alam, ilmu pasti, ilmu kebudayaan dan ilmu kerohanian.

Selain dikenal sebagai kota destinasi wisata dan kota pelajar, Jogja juga dikenal sebagai kota budaya, karena hampir di seluruh penjuru kota Jogja, masyarakatnya masih tetap mempertahankan tradisi-tradisi turun temurun dari nenek moyang, sehingga masih sangat terasa suasana khas Jawa yang erat dengan nuansa mistis di kota ini. Dan juga ada satu hal yang sangat istimewa dari kota ini, yakni etika dan adab para warganya yang ramah dan sangat menghormati orang lain. Budaya seperti itu merupakan asset yang berharga bagi kota Jogja dan Indonesia, maka akan sungguh indah apabila dipertahankan dan dilestarikan.

Disalah satu sudut kota Jogja, terdapat sebuah pondok pesantren yang berdiri megah, pondok tersebut bernama Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang beralamatkan di Jl. Let. Jend. S. Parman No 68, Patangpuluhan, Wirobrajan Yogyakarta.. Dan disanalah kami bertiga berproses menimba ilmu. Pondok pesantren tersebut didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan dan telah berumur hampir seabad. Pondok pesantren ini menggunakan system boarding school atau sistem ber-asrama. Yang dimana dalam system tersebut dimaksudkan bahwasanya para santrinya tidak diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing, melainkan tinggal di asrama. 

Dilihat dari segi geografis, sangat kecil kemungkinan untuk memperlebar luas dari pondok pesantren tersebut, karena kondisi disekitar pondok pesantren yang sudah banyak berdiri gedung-gedung dan padat pemukiman penduduk. Sehingga hanya ada satu jalan keluar untuk menyediakan asrama bagi pondok pesantren tersebut, yakni membangun gedung asrama di lahan kosong yang ada disekitar area Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah. Dan notabene nya agak jauh dari gedung utama  atau tidak berseberangan dan bersampingan langsung.



Dan karena asrama tersebut terpencar-pencar di antara rumah warga, maka bila para santri akan berangkat dan pulang belajar di Madrasah mereka harus melewati jalan-jalan di perkampungan warga. Sebenarnya itu merupakan hal yang baik bagi para santri, selain mereka dapat melihat area luar madrasah, mereka juga dapat berinteraksi langsung dengan para warga sehingga terciptanya keharmonisan antar warga dan para santri pondok pesantren. Dan sudah menjadi hal biasa, apabila para santri melewati jalan-jalan tersebut, terkadang mereka kurang peka terhadap lingkungan sekitar, sehingga masih saja ada para santri yang membuang sampah dijalan yang mereka lewati. Tentu saja hal itu bisa membuat resah para warga dan dapat menimbulkan stigma buruk terhadap citra pondok pesantren.   

Berawal dari itu, kami bertiga sadar akan pentingnya kebersihan dan kelestarian lingkungan, bukan hanya di lingkungan internal madrasah saja, tapi juga lingkungan eksternal sekitar madrasah yang dimana para santri juga menghabiskan waktunya di daerah tersebut.

Dengan kesadaran tersebut, kami bertiga mencetuskan sebuah gerakan yang belum pernah dipikirkan para santri Madrasah Mu’allimin selama hampir seabad. Gerakan tersebut kami beri nama Reresik Tandang Gawe atau disingkat RTG. Yang secara Bahasa berarti kerja bersih-bersih. Kegiatan ini mencakup seluruh santri Madrasah Mu’allimin dengan menggerakkan mereka untuk berkeliling dan membersihkan setiap jalan dan lingkungan yang dilewati santri ketika pulang dan pergi ke Madrasah.

Kegiatan ini dilaksanakan pagi hari dengan megumpulkan seluruh santri Madrasah Mu’allimin Muhamadiyah di lapangan asrama Muadz Bin Jabal B, mengingat lapangan tersebut sangat luas sehingga sanggup menampung seluruh santri Mu’allimin. Setelah semua terkumpul, kami bertiga dan 17 orang panitia lainnya memberikan briefing dan pengarahan kepada para santri dan membaginya dalam beberapa kelompok agar ketika RTG berjalan tidak bergerombol dan menumpuk-numpuk. Setelah terbentuk kelompok, kami membagikan tas kresek berukuran besar kepada setiap kelompok untuk dijadikan sebagai wadah sampah, baik sampah organic maupun non organic semuanya menjadi satu.

Setelah semua kelompok mendapatkan tas kreseknya masing-masing, kami memberangkatkan mereka untuk berkeliling, kami mengambil 2 jalur yang berbeda agar kelompok-kelompok tersebut tidak mengambil sampah dijalan yang sama karena secara otomatis sudah diambil oleh kelompok lainnya. Jalur 1 melewati Jl. Let Jend S Parman, Jl. Sadewa lalu kembali lagi ke lapangan asrama Muadz Bin Jabal B. Jalur 2 melewati Jl. Pandawa lalu kembali lagi ke asrama lapangan Muadz Bin Jabal. Sesampainya di lapangan, perkelompok diperbolehkan mengambil susu dan makanan yang telah kami siapkan sebagai sarapan, dan juga dalam waktu tersebut dapat digunakan sebagai waktu istirahat selagi menunggu kelompok yang belum datang.

           
Disaat para santri menikmati sarapannya, kami selaku panitia memilih-memmilih tas kresek perkelompok untuk dilihat siapakah kelompok yang paling banyak mendapatkan sampah, karena kelompok dengan perolehan sampah terbanyak akan mendapatkan reward dari kami, yakni berupa plakat bertuliskan The Best Participant. Beberapa menit telah lewat dan kami lihat para santri sudah menyelesaikan sarapannya, dan inilah sesi terakhir dalam kegiatan Reresik Tandang Gawe ini, yakni acara penutupan, dalam kesempatan itu kami juga mengundang perwakilan Madrasah untuk memberikan sambutan dalam penutupan RTG tersebut.

Sambutan yang diberikan oleh Ust. Imam Hanafi selaku perwakilan madrasah sangatlah hangat, beliau berharap agar kegiatan semacam itu dapat berjalan secara kontinuitas dan menjadi agenda madrasah, dikarenakan apabila dijadikan agenda madrasah maka otomatis madrasah akan memberikan dana untuk kegiatan tersebut. Sangat sayang sekali apabila kegiatan mulia tersebut tidak mendapat sokongan dana, karena selama ini kami panitia patungan untuk membeli perlengkapan RTG seperti tas kresek, kertas minyak untuk makan dan sebagainya.

Selain sambutan dari madrasah, dalam penutupan tersebut juga diserahkan reward kepada para santri yang kelompoknya berhasil mengumpukan sampah terbanyak, dan peraih reward tersebut adalah salah satu kelompok dari kelas 3 tsanawiyah. Mereka pun terlihat senang dan bangga atas usaha dan prestasi mereka dalam kegiatan RTG kali ini. Setelah penutupan selesai, para peserta diperbolehkan untuk kembali ke asrama masing-masing dan menjalani rutinitas seperti biasanya.

Tapi kami dan beberapa panitia masih tetap di lapangan asrama Muadz Bin Jabal karena ada satu tugas lagi yang harus dilaksanakan, yakni membuang sampah-sampah tersebut ke Tempat Pembuangan Akhir Wirobrajan. Kami melakukannya dengan penuh semangat karena kami sadar bahwa kegiatan kami ini sangat positif dan apabila melakukannya dengan ikhlas dapat memberikan pahala kepada kami.

Kami sangat berharap kegiatan Reresik Tandang Gawe ini dapat berjalan terus, dari generasi ke generasi, dari masa ke masa, karena hidup kita tak bisa terlepas dari lingkungan, apabila lingkungan kita kotor, maka kita juga akan kotor, apabila lingkungan kita bersih, maka kita akan bersih. Jangan sampai kita membuat marah lingkungan akibat kelalaian ataupun kesengajaan kita untuk tidak merawat lingkungan. Kami juga berharap Reresik Tandang Gawe ini tidak hanya dilaksanakan di Mu’allimin saja, tapi juga di pondok-pondok lain, di sekolah-sekolah lain.

Jika susah menggerakkan satu sekolahan untuk membuat kegiatan yang mulia ini, mulailah dengan diri sendiri, kemudian ajak kawan-kawan kita, dan insya allah satu sekolahan bisa melaksanakan Reresik Tandang Gawe ini. Mumpung kita masih muda, masih punya semangat yang membara, punya ide-ide yang cemerlang, jangan biarkan tubuh muda kita hanya berdiam diri diatas Kasur, berduduk santai didepan TV, ayo keluarlah, tunjukkan aksi nyatamu untuk bumi pertiwi ini. Indonesia butuh perubahan kearah yang lebih baik, dan lingkungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari arah perubahan Indonesia. Generasi muda, pasti bisa.

Didedikasikan untuk Social Youth Camp II
Share:

0 comments:

Post a Comment