Saat ini, fungsi handphone tidak hanya untuk
mendekatkan yang jauh saja. Namun sudah terdapat berbagai fitur baru yang
beragam dan fungsional. Dengan HP kita bisa menghibur diri kita, bermain games,
mendengarkan musik dan menonton video. Bahkan sekarang HP mulai berevolusi
menjadi media pembelajaran yang edukatif dan praktis. Berjuta-juta informasi
dan berita dapat kita akses melalui HP, tentu dengan syarat adanya koneksi
internet yang memadai.
Namun sayang, tidak semua orang dapat
menikmati manfaat dan keunggulan dari HP tersebut, padahal pada zaman ini HP
merupakan suatu hal yang lumrah, kepemilikan HP sudah bukan lagi menjadi
pertanda sekat antara kaum proletar dengan kaum borjuis.
Seperti yang saya alami, saya
merupakan salah seorang santri di salah satu pondok pesantren ternama di Kota
Jogja, dan saya pun mempunyai HP. Akan tetapi sistem di ponpes ini melarang
para santrinya untuk membawa dan mengoperasikan HP, padahal ponpes ini selalu
membawa-bawa label modern dan berkemajuan. Toh berkemajuan darimana kalo HP pun
sudah menjadi sesuatu yang diharamkan.
Sumber Gambar : @libreist |
Memang saya akui, ponpes ini sangat
megah, bangunannya besar, CCTV terpasang di setiap sudut ruangan, tersedia pula
puluhan komputer yang hanya bisa digunakan jika mendapatkan izin, bahkan WiFi
area pun sudah terkoneksi di penjuru ponpes. Tapi dari semua fasilitas ‘berkemajuan’
tersebut tidak ada satupun yang bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh para santri.
Padahal para santri membayar ratusan
rupiah per bulan di ponpes ini untuk belajar, untuk ditempa agar kelak bisa
menjadi pemimpin bangsa dan umat, untuk menjadi sosok kader yang siap
dilepaskan dimana saja dan kapan saja. Tapi apalah daya, HP pun dilarang, Berbagai
macam alasan melatar belakangi pelarangan tersebut. Yang katanya bisa bikin
santri kurang fokus dalam belajar, bahkan katanya HP bisa dipergunakan untuk
hal-hal yang aneh dan melanggar syariat agama.
Coba kita teliti lebih dalam, kalopun
ada oknum yang menggunakan HP untuk hal-hal yang sifatnya melanggar syariat,
itukan bukan salah HP yang notabene-nya benda mati. Pasti ada sesuatu yang
menggerakkan dibelakangnya. Ya, adalah kita sebagai manusia. Manusia adalah otak
dari fungsi HP yang awalnya dibuat untuk hal-hal yang bermanfaat namun dialih
fungsikan menjadi sesuatu yang dipergunakan untuk melakukan tindakan terlarang,
menonton video dewasa misalnya.
Kalopun tidak ada HP, pasti oknum
manusia tersebut akan mencari cara lain untuk memuaskan tabiat buruk tersebut.
Oleh karena itu, permasalahan sebenarnya adalah otak dan jiwa manusia tersebut yang
kotor dan telah terselimuti hal-hal negative. Dan berangkat dari permasalahan
tersebut, maka solusinya adalah membersihkan otak dan jiwa oknum manusia
tersebut dari kabut kegelapan. Bisa dengan doktrinisasi dan pemberian
petuah-petuah yang bermanfaat.
Jujur, saya sangat tidak setuju
dengan sistem yang melarang penggunaan HP. Selain pertanda tidak ‘berkemajuannya’
ponpes, sistem ini juga tidak efektif dalam proses pembelajaran di ponpes. Saya
pun menjadi sangat kudet mengenai isu-isu terbaru dan keadaan diluar ponpes.
Padahal disini saya dituntut untuk menjadi kader yang bisa menyesuaikan zaman,
lah wong sistemnya aja belum menyesuaikan zaman, bagaimana saya dan santri lain
untuk menyanggupi permintaan tersebut.
Mari kita renungkan kembali hakekat
HP dalam kepesantrenan, jangan hanya melihat dari sisi negatifnya saja, tapi
lihatlah dari sisi positifnya. Toh kita kan generasi berkemajuan. Sudah bukan
lagi generasi yang hanya mengandalkan pengalaman dari yang terdahulu. Yang lalu
biarlah berlalu, yang akan datang mari
kita sambut dengan kelapangan. Jangan sampai HP menjadi benda yang ditindas
terus menerus, terutama di dalam kepesantrenan. Salam Merdeka !
0 comments:
Post a Comment