Friday, 7 October 2016

Hakekat Handphone Dalam Kepesantrenan

Saat ini, fungsi handphone tidak hanya untuk mendekatkan yang jauh saja. Namun sudah terdapat berbagai fitur baru yang beragam dan fungsional. Dengan HP kita bisa menghibur diri kita, bermain games, mendengarkan musik dan menonton video. Bahkan sekarang HP mulai berevolusi menjadi media pembelajaran yang edukatif dan praktis. Berjuta-juta informasi dan berita dapat kita akses melalui HP, tentu dengan syarat adanya koneksi internet yang memadai.

Namun sayang, tidak semua orang dapat menikmati manfaat dan keunggulan dari HP tersebut, padahal pada zaman ini HP merupakan suatu hal yang lumrah, kepemilikan HP sudah bukan lagi menjadi pertanda sekat antara kaum proletar dengan kaum borjuis.

Seperti yang saya alami, saya merupakan salah seorang santri di salah satu pondok pesantren ternama di Kota Jogja, dan saya pun mempunyai HP. Akan tetapi sistem di ponpes ini melarang para santrinya untuk membawa dan mengoperasikan HP, padahal ponpes ini selalu membawa-bawa label modern dan berkemajuan. Toh berkemajuan darimana kalo HP pun sudah menjadi sesuatu yang diharamkan.

Sumber Gambar : @libreist


Memang saya akui, ponpes ini sangat megah, bangunannya besar, CCTV terpasang di setiap sudut ruangan, tersedia pula puluhan komputer yang hanya bisa digunakan jika mendapatkan izin, bahkan WiFi area pun sudah terkoneksi di penjuru ponpes. Tapi dari semua fasilitas ‘berkemajuan’ tersebut tidak ada satupun yang bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh para santri.

Padahal para santri membayar ratusan rupiah per bulan di ponpes ini untuk belajar, untuk ditempa agar kelak bisa menjadi pemimpin bangsa dan umat, untuk menjadi sosok kader yang siap dilepaskan dimana saja dan kapan saja. Tapi apalah daya, HP pun dilarang, Berbagai macam alasan melatar belakangi pelarangan tersebut. Yang katanya bisa bikin santri kurang fokus dalam belajar, bahkan katanya HP bisa dipergunakan untuk hal-hal yang aneh dan melanggar syariat agama.

Coba kita teliti lebih dalam, kalopun ada oknum yang menggunakan HP untuk hal-hal yang sifatnya melanggar syariat, itukan bukan salah HP yang notabene-nya benda mati. Pasti ada sesuatu yang menggerakkan dibelakangnya. Ya, adalah kita sebagai manusia. Manusia adalah otak dari fungsi HP yang awalnya dibuat untuk hal-hal yang bermanfaat namun dialih fungsikan menjadi sesuatu yang dipergunakan untuk melakukan tindakan terlarang, menonton video dewasa misalnya.

Kalopun tidak ada HP, pasti oknum manusia tersebut akan mencari cara lain untuk memuaskan tabiat buruk tersebut. Oleh karena itu, permasalahan sebenarnya adalah otak dan jiwa manusia tersebut yang kotor dan telah terselimuti hal-hal negative. Dan berangkat dari permasalahan tersebut, maka solusinya adalah membersihkan otak dan jiwa oknum manusia tersebut dari kabut kegelapan. Bisa dengan doktrinisasi dan pemberian petuah-petuah yang bermanfaat.

Jujur, saya sangat tidak setuju dengan sistem yang melarang penggunaan HP. Selain pertanda tidak ‘berkemajuannya’ ponpes, sistem ini juga tidak efektif dalam proses pembelajaran di ponpes. Saya pun menjadi sangat kudet mengenai isu-isu terbaru dan keadaan diluar ponpes. Padahal disini saya dituntut untuk menjadi kader yang bisa menyesuaikan zaman, lah wong sistemnya aja belum menyesuaikan zaman, bagaimana saya dan santri lain untuk menyanggupi permintaan tersebut.


Mari kita renungkan kembali hakekat HP dalam kepesantrenan, jangan hanya melihat dari sisi negatifnya saja, tapi lihatlah dari sisi positifnya. Toh kita kan generasi berkemajuan. Sudah bukan lagi generasi yang hanya mengandalkan pengalaman dari yang terdahulu. Yang lalu biarlah berlalu, yang akan datang mari  kita sambut dengan kelapangan. Jangan sampai HP menjadi benda yang ditindas terus menerus, terutama di dalam kepesantrenan. Salam Merdeka !
Share:

0 comments:

Post a Comment