Secarik tulisan saya tulis di diarynya Defqi, mengenai seluk beluk Homo.Homo dalam perspektif antropologi manusia, bukan dalam perspektif penyakit semacam LGBT.
Homo secara etimologis berarti manusia. Kita adalah homo, baik perempuan maupun laki-laki adalah homo. Sekali lagi homo dalam shiratal mustaqim, bukan yang menyeleweng. Dan entah mengapa, sekarang ini banyak sekali manusia-manusia yang mulai kerasukan roh homo individualis.
Untuk yang belum tahu, homo individualis itu adalah manusia sebagai makhluk individu, maksudnya manusia yang tidak memiliki ikatan dengan manusia lain. Manusia yang secara bebas menentukan sendiri apa yang dilakukannya sesuai dengan keinginannya. Cara berpikir yang seperti ini melahirkan banyak sekali revolusi di dunia, Seperti revolusi Prancis yang terjadi pada tahun 1789 dengan semboyannya yang sangat terkenal.
Liberte ( Kebebasan )
Egalite ( Persamaan )
Fraternite ( Persaudaraan )
Paham individualis seperti ini pada akhirnya menciptakan model pemerintahan baru, yakni demokrasi. Yang dimana setiap warga negara memiliki hak untuk berpendapat sesuai dengan hati sanubarinya.
Namun yang menjadi catatan, untuk menjadi manusia indivualis dalam suatu negara yang bersistem demokrasi, ada suatu pembatas yang membentengi hak dari manusia tersebut, yakni undang-undang. Apa yang telah ditulis dan disahkan dalam undang-undang tidak boleh dilanggar oleh warga negara demokrasi.
Apabila melanggar, maka manusia tersebut telah melakukan offside dan berhak untuk mendapatkan ganjaran yang setimpal.
Dan akhir momen ini, saya menghimbau kepada teman-teman semua yang membaca tulisan tidak terlalu penting diatas, supaya dapat menjadi homo individualis yang tahu diri, yang tahu batas, yang tahu tembok. Paham mana yang bisa dilewati, paham mana yang bisa dilompati dan paham mana yang nggak bisa diterobos.
Hidup nggak soal diri sendiri doang kok, masih ada anak, istri, orang tua, sahabat, mantan, selingkuhan dan homonan,heuheu.
Btw yang terakhir bercandaan loh ya,
Regards
Untuk yang belum tahu, homo individualis itu adalah manusia sebagai makhluk individu, maksudnya manusia yang tidak memiliki ikatan dengan manusia lain. Manusia yang secara bebas menentukan sendiri apa yang dilakukannya sesuai dengan keinginannya. Cara berpikir yang seperti ini melahirkan banyak sekali revolusi di dunia, Seperti revolusi Prancis yang terjadi pada tahun 1789 dengan semboyannya yang sangat terkenal.
Liberte ( Kebebasan )
Egalite ( Persamaan )
Fraternite ( Persaudaraan )
Paham individualis seperti ini pada akhirnya menciptakan model pemerintahan baru, yakni demokrasi. Yang dimana setiap warga negara memiliki hak untuk berpendapat sesuai dengan hati sanubarinya.
Namun yang menjadi catatan, untuk menjadi manusia indivualis dalam suatu negara yang bersistem demokrasi, ada suatu pembatas yang membentengi hak dari manusia tersebut, yakni undang-undang. Apa yang telah ditulis dan disahkan dalam undang-undang tidak boleh dilanggar oleh warga negara demokrasi.
Apabila melanggar, maka manusia tersebut telah melakukan offside dan berhak untuk mendapatkan ganjaran yang setimpal.
Dan akhir momen ini, saya menghimbau kepada teman-teman semua yang membaca tulisan tidak terlalu penting diatas, supaya dapat menjadi homo individualis yang tahu diri, yang tahu batas, yang tahu tembok. Paham mana yang bisa dilewati, paham mana yang bisa dilompati dan paham mana yang nggak bisa diterobos.
Hidup nggak soal diri sendiri doang kok, masih ada anak, istri, orang tua, sahabat, mantan, selingkuhan dan homonan,heuheu.
Btw yang terakhir bercandaan loh ya,
Regards
Bb
0 comments:
Post a Comment