Siang tadi, saya nongkrong di tempat langganan saya, Warung Mbak Ing, sambil ber-ramah tamah dengan kawan lama. Dengan sentuhan Pop Ice Taro dan sebatang tembakau kanabis racikan PT Gudang Garam.
Disana saya mendengar obrolan kawan lama saya mengenai kondisi teman-temannya yang semakin memprihatinkan. Kondisi yang sama persis terjadi di daerah pedesaan/perkampungan, dimana belajar di sekolah tidak lagi menjadi suatu kewajiban bagi anak.
Pada umumnya di daerah pedesaan, tidak mengenal konsep belajar tingkat lanjut, mayoritas dari mereka akan berhenti belajar di sekolah pada waktu SMA, bahkan SMP. Karena pola pikir mereka hanya terfokus bagaimana caranya agar bisa bersawah, berladang, dan bekerja. Tidak peduli berapapun bayarannya asal bisa makan minum, itu sudah cukup.
Sebagian orang lain beranggapan bahwa hal seperti itu adalah kesederhanaan.
Salah besar.
Sekali lagi salah besar.
Indonesia tidak akan bisa maju jika pola pikir masyarakatnya masih seperti ini. Belajarlah setinggi-tingginya, belajarlah sampai matahari terbit dari barat. Tidak hanya mengandalkan kata 'bisa'. Tapi andalkanlah kata 'mampu' dan 'faham'. Sekarang ini, hampir 90 % pekerjaan membatasi jenjang pendidikan bagi karyawannya. Ada yang batas minimalnya SMA, D1, D2 dan lain sebagainya. Bahkan di beberapa wilayah untuk menjadi sesosok guru minimal harus S1, dan untuk menjadi dosen harus meniti karier sampai S2 terlebih dahulu.
Oleh karena itu, saya sedikit sedih mendengar beberapa kawan saya yang berhenti sekolah tanpa alasan yang jelas, saya yakin bukan masalah ekonomi yang menyebabkan mereka berhenti. Tapi masalah kemauan dan pergaulan. Jikalau memang menjadi anak yang pemalas, belajarlah di sekolah yang isinya pemalas semua, jangan belajar di sekolah yang isinya anak-anak rajin.
Ntar malah terbelakang dan menunda naik kelas.
Dan juga,
Nggak ada yang namanya DO dalam sistem sekolah, terutama SMP dan SMA. Untuk keluar dari sekolah tak sebercanda itu, sebenarnya, apabila ada suatu kasus yang dialami sangat krusial, pasti kepala sekolah akan memberikan 2 pilihan, mengundurkan diri atau diundurkan. Tapi mau milih yang mana saja, yang diputuskan pasti mengundurkan diri.
Mengingat keberlanjutan siswa yang bersangkutan apabila di DO, akan susah mendapatkan sekolah lagi. Makanya pilihan yang sangat bijak apabila ditulis mengundurkan diri.
Itu aja sih,
Regards
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete