Kerinduan akan penampilan timnas sepakbola Indonesia di kancah internasional ini terlihat dari ramainya hashtag yang digunakan, bahkan banyak terlihat foto-foto bertuliskan #AksiBelaTimnas dan #AksiBelaTimnas312 di beragam social media.
Pada pertandingan Timnas Indonesia ini, rakyat tidak mengenal agama, suku, ras, golongan dan bahkan partai. Kita sebagai rakyat Indonesia akan bersatu memberikan dukungan untuk tim Merah Putih. Datang dari berbagai penjuru nusantara ke stadion atau menonton di TV tentunya dengan memakai berbagai atribut timnas sebagai bentuk dukungan. Meskipun menang ataupun kalah, rakyat tetap bersatu untuk membela tim kesayangan.
Sudah sewajarnya rasa nasionalisme muncul di benak setiap warga negara, karena hal semacam ini saya rasa termasuk dalam kategori bela negara. Bela negara yang ramah, bukan yang dengan mengangkat senjata seperti itu, heuheu
Dan uniknya,
Ternyata sikap sportivitas timnas Indonesia itu udah dibuktikan dalam berbagai pertandingan sebelumnya. Dimulai dari tahun 1956 ketika timnas Indonesia mengikuti Olimpiade Melbourne, Australia. Meski sempat menahan tim unggulan Uni Soviet, hingga akhirnya kalah 0-4 di pertandingan ulang. Walaupun akhirnya kandas, tapi perjuangan para pemain ketika itu dianggap sebagai pahlawan sepakbola. Para pemain berjuang total, berjibaku, sampai titik waktu penghabisan. Pejuang rumput hijau itu mengenalkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki tim sepak bola yang kuat, walau pun baru 11 tahun merdeka.
Dimana pun di dunia ini, permainan sepakbola ternyata mampu jadi pemersatu rakyat suatu negara. Salah satu contohnya adalah saat Perancis jadi juara Piala Dunia 1998. Saat itu, rakyat Perancis sedang dilanda "perang" antar ras dan agama, namun mereka bersatu mendukung Zinedine Zidane dan kawan-kawan untuk mengalahkan Brazil.
Apalagi di dalam skuad Ayam Jantan itu diisi oleh berbagai ras dan agama, seperti Zidane yang keturunan Afrika dan beragama Islam, dan Lilian Thuram yang berkulit hitam. Mereka semua bersatu dengan para pemain berkulit putih dan bahkan non muslim untuk membela negaranya.
Pertandingan timnas di tanggal 3 Desember ini bisa jadi momentum kesatuan dan persatuan NKRI supaya jadi erat kembali. Laga di Pakansari harusnya bisa dimanfaatkan untuk menyatukan kita kembali, sesuai roh PSSI saat didirikan pada tahun 1930. Tujuannya untuk mempersatukan bangsa di tengah keadaan klub dan masyarakat yang sedang bercerai berai.
Entah itu yang mendukung orang Jawa, Bugis, Sunda, keturunan Arab, keturunan Belanda, keturunan China, bodo amat lah ya. Karena kita disana membawa satu embel-embel, yakni Indonesia.
Selamat menendang bola Garudaku
Regards
0 comments:
Post a Comment